Ilustrasi Gunung api Krakatau mengalami letusan besar pada 26 Agustus 1883. Dokumentasi/ Wikipedia
Jakarta: Gunung api Krakatau mengalami letusan besar pada 26 Agustus 1883 hingga menyebabkan 36.417 korban jiwa. Menurut informasi yang dihimpun dari Wikipedia, dua pertiga bagian Krakatau runtuh dalam sebuah letusan berantai hingga melenyapkan sebagian besar pulau di sekelilingnya.
Aktivitas seismik tercatat tetap berlangsung hingga Februari 1884 usai terjadi letusan besar. Dalam catatan, letusan ini adalah salah satu letusan gunung api paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah.
Letusan Gunung Krakatau juga menjadi salah satu ledakan dengan suara paling keras yang pernah tercatat dan terdengar hingga 3.000 mil (4.800 km). Dalam kejadian itu, letusan juga menimbulkan tsunami ketika menghantam perairan Selat Sunda.
Untuk di sepanjang pantai selatan Sumatra, ketinggian gelombang tsunami yang ditimbulkan mencapai 24 meter (79 kaki) dan 42 meter (138 kaki) di sepanjang pantai barat Jawa.
Dalam tsunami tersebut juga membawa batu karang raksasa seberat 50 ton. Seluruh hutan tumbang dan hanyut, hingga hanya menyisakan akarnya saja. Tsunami datang setelah air laut surut dan disertai suara yang merusak telinga.
Jumlah korban tewas akibat letusan dan tsunami mencapai 36.417. Dampak tsunami sangat kuat hingga membunuh lebih dari 30.000 orang dan dampaknya sedemikian rupa sehingga pemukiman manusia di wilayah Banten musnah dan tidak pernah dihuni kembali (Wilayah ini dibangun kembali dan kemudian dinyatakan sebagai Taman Nasional Ujung Kulon).
Korban jiwa terbanyak berada di Banten dengan 21.565 korban jiwa, dan Lampung dengan sekitar 12.565 korban jiwa. Di Batavia (Jakarta) sekitar 2.350 orang terbunuh akibat letusan. Di Pulau Sebesi sekitar 3.000 orang tewas dan tidak ada satupun yang selamat. Kebanyakan korban yang tewas akibat tsunami, abu vulkanik, dan kelaparan yang ditimbulkan pasca letusan.