Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli. Foto: MI/Insi Nantika Jelita.
Husen Miftahudin • 2 July 2025 15:11
Jakarta: Di tengah revisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kini berada di kisaran 4,7 persen sampai 5,0 persen, kekhawatiran akan pelambatan penciptaan lapangan kerja semakin meningkat.
Menanggapi hal ini, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menegaskan pemerintah bersikap antisipatif, dan menekankan tantangan utama saat ini adalah membangun keseimbangan antara ketersediaan tenaga kerja (supply) dan kebutuhan dunia usaha (demand).
"Kita tetap antisipatif karena membangun keseimbangan antara supply dan demand menjadi pekerjaan rumah besar ke depan," ujar Yassierli dalam Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun Indef 2025 di Jakarta, Rabu, 2 Juli 2205.
Menurut Yassierli, jika Indonesia ingin mencapai pertumbuhan ekonomi hingga delapan persen, maka struktur perekonomian nasional perlu dibenahi secara fundamental. Salah satunya adalah memperbesar skala korporasi di Indonesia.
Hal ini, kata dia, merujuk kajian McKinsey & Company 2020 yang menyebutkan agar ekonomi Indonesia tumbuh delapan persen, jumlah perusahaan menengah harus bertambah dua kali lipat.
"Namun, saya tidak ingin hanya berbicara tentang enterprising Indonesia, tetapi juga mengkooperasikan Indonesia. Upaya memperbesar demand adalah optimalisasi program prioritas nasional," jelasnya.
Baca juga: Direvisi, Target Pertumbuhan Ekonomi RI Cuma 4,7-5,0% Tahun Ini |