Eskalasi Perang Teknologi AS-Tiongkok Bakal Semakin Menjadi-jadi

Ilustrasi, bendera AS dan Tiongkok. Foto: iStock.

Eskalasi Perang Teknologi AS-Tiongkok Bakal Semakin Menjadi-jadi

Husen Miftahudin • 4 March 2025 11:10

Jakarta: Konflik teknologi Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok akan semakin meningkat seiring dengan kebijakan Difusi AI pemerintahan Trump yang mendapat sorotan dan pengetatan kontrol ekspor, menurut analis Jefferies.

Nominasi dari Presiden Donald Trump untuk memimpin Biro Industri dan Keamanan (BIS) Jeffrey Kessler, menggunakan kesaksiannya di Senat untuk menekankan pentingnya menegakkan kontrol ekspor terhadap Tiongkok.

Menurut firma analis Jefferies, Kessler menghabiskan sebagian besar kesaksiannya untuk mendiskusikan bagaimana ia akan menggunakan kontrol ekspor terhadap Tiongkok dan saingan utama AS lainnya untuk memastikan AS mempertahankan kepemimpinan teknologi dan keamanan nasional.

Jefferies mencatat Kebijakan Perdagangan 'America First' dari pemerintahan baru telah menempatkan Tiongkok di posisi yang rentan, dengan Menteri Luar Negeri Marc Rubio dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick yang ditugaskan untuk memperkuat kontrol ekspor.

"Kontrol ekspor harus sepenuhnya didukung oleh tarif agar efektif," ungkap Lutnick sinis, seperti dikutip dari Investing.com, Selasa, 4 Maret 2025.
 

Baca juga: Trump Pastikan Terapkan Tarif 25% untuk Impor dari Kanada-Meksiko Mulai 4 Maret


(Ilustrasi, bendera AS dan Tiongkok. Foto: Freepik)
 

Pertahankan dominasi teknologi AS


Langkah-langkah ini diharapkan menjadi bagian dari kerangka kebijakan yang lebih luas yang bertujuan untuk mempertahankan dominasi ekonomi dan teknologi AS atas Tiongkok.

Tindakan keras ini terutama dapat berdampak pada chip AI dan teknologi mengemudi otonom. Analis Jefferies menyoroti chip ADAS Tiongkok dan NVDA H20 adalah salah satu produk yang paling rentan.

Meskipun cip H20 Nvidia tidak termasuk dalam putaran larangan ekspor terkait AI sebelumnya, Jefferies percaya bahwa chip tersebut tetap berisiko tinggi terhadap pembatasan di masa depan. Sementara itu, perusahaan-perusahaan Tiongkok yang mengandalkan TSMC Taiwan dan Samsung Korea Selatan (KS:005930) untuk pembuatan chip ADAS dapat menghadapi rintangan baru.

Selain itu, AS dilaporkan menekan Jepang dan Belanda untuk menghentikan dukungan pemeliharaan untuk peralatan semikonduktor yang sebelumnya dijual ke perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Meskipun Jefferies berharap negara-negara ini akan mematuhinya, mereka mencatat Tiongkok sebagian besar telah melokalkan pemeliharaan, sehingga mengurangi potensi dampaknya.

Dengan AS yang bertujuan untuk menutup celah dalam peraturan yang ada, Jefferies yakin pengetatan pembatasan lebih lanjut akan segera terjadi, meningkatkan ketegangan dalam kebuntuan teknologi yang sedang berlangsung.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)