Wakil Menteri Luar Negeri Norwegia, Andreas Motzfeldt Kravik. Foto: Metrotvnews.com
Fajar Nugraha • 6 May 2025 14:44
Jakarta: Pemerintah Norwegia menekankan pentingnya partisipasi perempuan dalam proses perdamaian di kawasan Asia Tenggara.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Norwegia, Andreas Motzfeldt Kravik, dalam doorstop interview usai menghadiri Regional Symposium on Women in Peace Processes yang digelar ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (ASEAN-IPR), Selasa 6 Mei 2025, di Hotel Sutasoma, Jakarta.
Menurut Kravik, proses perdamaian yang menyertakan perempuan secara aktif akan menghasilkan solusi yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
“Pengalaman kami, termasuk di Filipina dan Aceh, menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya korban, tapi juga aktor penting dalam menjaga dan membangun perdamaian,” ujar Kravik.
Simposium tersebut merupakan bagian dari program ASEAN-IPR yang disokong Norwegia, bertujuan mengompilasi pengalaman negara-negara anggota ASEAN dalam melibatkan perempuan dalam proses peace-making dan peacebuilding. Norwegia secara aktif mendukung inisiatif ini sebagai bentuk komitmennya terhadap rekonsiliasi di kawasan.
Lebih lanjut, Kravik menekankan pendekatan Norwegia yang selalu menekankan pada ownership, inklusivitas, dan kolaborasi antar pihak yang terlibat dalam konflik.
“Kami tidak datang untuk memberikan solusi dari luar. Kami hadir untuk mendukung proses yang dimiliki dan dipimpin oleh negara-negara itu sendiri,” kata Kravik.
Norwegia selama ini telah berperan dalam berbagai proses rekonsiliasi di Asia Tenggara, termasuk di Myanmar, Filipina, dan Aceh. Dalam setiap kasus, kata Kravik, keterlibatan semua pihak termasuk perempuan merupakan kunci terciptanya rekonsiliasi yang utuh.
(Muhammad Reyhansyah)