Ilustrasi: Medcom.id
Fajar Nugraha • 23 May 2025 14:13
Guowa: Sedikitnya dua orang tewas dan 19 lainnya dilaporkan hilang setelah hujan deras memicu tanah longsor di Provinsi Guizhou, Tiongkok barat daya, Kamis 22 Mei 2025. Pemerintah Tiongkok langsung mengerahkan ratusan personel militer dan petugas pemadam kebakaran untuk melakukan upaya penyelamatan darurat di wilayah pegunungan yang terdampak parah.
Korban jiwa ditemukan di wilayah Changshi, menurut laporan stasiun televisi pemerintah CCTV. Sementara itu, longsor kedua melanda desa Qingyang yang berada tidak jauh dari lokasi awal dan menyebabkan 19 orang dari delapan keluarga tertimbun material longsor.
CCTV menyebutkan bahwa laporan sementara mengonfirmasi bahwa 19 orang masih dalam pencarian. Operasi penyelamatan terus berlangsung di tengah kondisi medan yang sulit dan curah hujan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Mengutip dari Channel News Asia, Jumat 23 Mei 2025, Pemerintah juga mengeluarkan peringatan risiko tinggi terhadap bencana geologi di sejumlah area sekitarnya.
Sebagai respons cepat, otoritas Tiongkok menaikkan tingkat tanggap darurat menjadi level ketiga, status tertinggi ketiga dalam sistem peringatan bencana nasional. Status ini diberlakukan tidak hanya untuk Guizhou, tetapi juga untuk provinsi tetangga Hunan dan Jiangxi yang turut terancam banjir dan longsor.
Lebih dari 400 personel gabungan, termasuk militer dan petugas pemadam kebakaran, telah dikerahkan ke lokasi untuk mempercepat evakuasi dan pencarian korban. Cuaca ekstrem juga menghantam wilayah selatan lainnya seperti Guangdong dan Guangxi, yang dalam sepekan terakhir mencatat tujuh korban tewas serta sejumlah orang hilang.
Pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa perubahan iklim semakin memperparah intensitas dan ketidakpastian cuaca ekstrem. Negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia ini disebut sangat rentan terhadap dampak iklim, termasuk gelombang panas berkepanjangan dan hujan deras tak terduga.
Data meteorologi nasional menunjukkan bahwa tahun 2024 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat di Tiongkok sejak lebih dari 60 tahun terakhir dan menjadi tahun kedua berturut-turut dengan rekor suhu tertinggi.
Dengan frekuensi bencana alam yang meningkat tajam, para ahli menyerukan perencanaan tata ruang yang lebih adaptif serta sistem peringatan dini yang lebih luas, terutama di wilayah-wilayah rawan bencana seperti Guizhou.
(Muhammad Reyhansyah)