Kapolresta Sidoarjo Kombes Christian Tobing berkunjung ke rumah Rahmad Maulana. MI
Media Indonesia • 8 October 2025 17:58
Sidoarjo: Rahmad Maulana, 15, harus berjuang memulihkan diri di rumahnya yang sederhana usai menjadi korban ambruknya musala Ponpes Al Khoziny. Santri muda ini hanya bisa terbaring lemah di atas kasur tipis di rumah yang kondisinya memprihatinkan di Desa Damarsi, Buduran, Sidoarjo.
Maulana terus-menerus terbaring dalam posisi miring ke kiri karena luka di kepala bagian kanan. Bekas luka akibat hantaman reruntuhan material masih membatasi geraknya.
Saat Kapolresta Sidoarjo Kombes Christian Tobing berkunjung, Maulana hanya mampu merespons sebentar sebelum kembali tertidur. Kondisinya masih sangat lemah untuk melakukan percakapan panjang.
"Kami datang memberikan semangat, doa, dan juga santunan. Kondisi korban saat ini sudah membaik dan dalam tahap pemulihan. Kami juga fasilitasi kebutuhan yang diperlukan," kata Tobing, Rabu, 8 Oktober 2025.
Rahmad Maulana berhasil dievakuasi tim SAR gabungan pada hari kedua pascamusala ambruk pada Senin, 29 September lalu. Setelah beberapa hari di Rumah Sakit Delta Surya, ia akhirnya diperbolehkan pulang.
Baca Juga : Santri Korban Musala Ambruk Dimakamkan di Jember
Meski sudah di rumah, Maulana tetap harus menjalani rawat jalan secara rutin. Seorang dokter secara berkala memantau perkembangan kesehatannya di rumah. Kehidupan Maulana semakin berat karena ia adalah anak yatim yang ditinggal ayahnya. Ibunya terpaksa mengontrak di sebuah perumahan tidak jauh dari rumah pamannya.
"Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang memperhatikan memberikan bantuan, kami tidak akan menuntut atas kejadian ini," kata Ubaidillah (60), paman Maulana.
Selain mengunjungi Maulana, Kapolresta juga membesuk korban lain yang masih dirawat di RSUD Notopuro Sidoarjo. Masih ada empat santri yang harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit tersebut.
Dua dari empat santri yang dirawat di RSUD Notopuro diperkirakan dapat pulang dalam waktu dekat. Proses pemulihan korban-korban selamat masih membutuhkan perhatian dan dukungan semua pihak.
Di balik dinding rumah sederhana itu, Maulana terus berjuang melawan trauma dan luka-lukanya. Setiap tarikan napasnya menjadi saksi bisu perjuangan seorang santri yatim yang selamat dari reruntuhan.