Asal-Usul Kelinci Jadi Simbol Hari Raya Paskah

Ilustrasi Easter Bunny. (Chat.GPT)

Asal-Usul Kelinci Jadi Simbol Hari Raya Paskah

Riza Aslam Khaeron • 18 April 2025 14:25

Jakarta: Dalam suasana Paskah yang semakin dekat, berbagai ornamen bertema kelinci mulai menghiasi rumah, taman, dan toko-toko. Namun satu pertanyaan klasik terus menggelitik banyak orang, termasuk umat Kristen sendiri: mengapa kelinci menjadi simbol utama dalam perayaan Paskah?

Padahal, dalam Alkitab tak ada satu pun ayat yang menyebutkan tentang kelinci membagikan telur. Jadi darimana dan bagaiman kelinci menjadi simbol Paskah? Berikut penjelasannya.
 

Kisah dari Tradisi Jerman dan Dewi Eostre


Gambar: Lukisan Dewi Eostre dan kelinci. (Wendy Andrews)

Melansir laman Gereja Chase Oaks pada Jumat, 18 April 2025, tradisi kelinci Paskah berakar dari kisah mitologi Jerman kuno.

"Dalam cerita rakyat Jerman kuno, terdapat seorang dewi bernama Eostre. Ia adalah dewi musim semi dan kesuburan manusia serta tanaman. Baik kelinci maupun telur digunakan sebagai simbol untuk tokoh mitologis ini karena keduanya melambangkan kesuburan," tulis Lisa DeBusk, pendeta Chase Oaks Legacy Campus.

Perayaan untuk menghormati Eostre biasanya dilakukan saat musim semi. Namun sejak abad ke-9, tradisi pagan ini mulai memudar dan kemudian digantikan oleh Paskah Kristen, yaitu perayaan atas kebangkitan Yesus Kristus. Meski demikian, beberapa simbol dari tradisi lama tetap melekat, termasuk kelinci.
 

Kelinci dan Telur: Simbol Musim Semi dan Hidup Baru

Dalam artikel yang sama, dijelaskan bahwa telur melambangkan kelahiran dan hidup baru. Secara tradisional, umat Kristen tidak mengonsumsi telur selama masa puasa Prapaskah selama 40 hari. Karena itu, saat Paskah tiba, telur menjadi simbol pelepasan dari pantang, sekaligus harapan akan kehidupan baru sebagaimana Yesus bangkit dari kematian.

Sementara itu, kelinci dikenal sebagai hewan dengan kemampuan berkembang biak yang sangat tinggi.

"Baik hares maupun telur digunakan sebagai simbol karena keduanya mewakili kesuburan," tulis Lisa. Kombinasi keduanya menjadi penanda musim semi yang identik dengan kebangkitan alam dan kehidupan baru.
 

Dari Dewi ke Penilai Anak Baik: Peran Kelinci dalam Tradisi Kristen

Uniknya, saat kelinci (atau lebih tepatnya Easter Hare) masuk dalam tradisi Kristen, ia tidak sekadar menjadi simbol dekoratif.

"Kelinci Paskah awalnya berperan sebagai penilai, menilai apakah anak-anak berperilaku baik atau tidak," tulis Lisa.

Dalam tradisi Jerman, kelinci ini membawa telur warna-warni, permen, dan mainan kecil dalam keranjangnya untuk diberikan kepada anak-anak yang dianggap baik.

Fungsi ini mirip dengan peran Sinterklas dalam Natal. Hanya saja, yang satu membawa telur dan permen, bukan hadiah besar. Meskipun berakar dari praktik budaya non-Kristen, simbol kelinci kemudian dipahami sebagai bagian dari sukacita Paskah yang berfokus pada kebangkitan, hadiah, dan kehidupan yang diperbarui.

Hari ini, kelinci Paskah mungkin terlihat sebagai bagian dari dekorasi lucu atau permainan anak-anak. Tapi di balik itu, tersimpan jejak budaya panjang tentang harapan, pembaruan, dan transisi antara tradisi pagan ke spiritualitas Kristen.

"Dari akar pagan, kelinci dan telur kini dikaitkan dengan Hari Raya Kristen Paskah," tulis Lisa.

Meski kelinci tidak pernah muncul dalam kisah kebangkitan Yesus, kehadirannya mengingatkan kita bahwa iman dan tradisi seringkali berjalan beriringan, dan keduanya bisa menjadi sarana untuk menyampaikan pesan yang lebih luas—tentang kehidupan baru, kasih, dan pengharapan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)