Tren Bullish Emas Mulai Melemah, Saat Tepat Buat Beli?

Ilustrasi emas. Foto: iStock

Tren Bullish Emas Mulai Melemah, Saat Tepat Buat Beli?

Eko Nordiansyah • 11 August 2025 12:46

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD)  bergerak stabil di pasar spot sementara kontrak berjangka di Comex sempat menyentuh rekor terbaru di sekitar USD3.534 per 100 troy ons, setelah laporan bahwa Amerika Serikat akan menerapkan tarif impor batangan emas.

Di saat yang sama, pelaku pasar masih mencerna serangkaian data ekonomi AS menjelang rilis inflasi minggu ini, sehingga volatilitas cenderung meningkat di sekitar level psikologis USD3.400. Pada awal sesi Asia, XAU/USD sempat menarik minat jual di dekat USD3.390 seiring pemulihan moderat Dolar AS yang menekan komoditas berdenominasi greenback.

“Sinyal teknikal terbaru kombinasi pola candlestick dan pergerakan Moving Average menunjukkan tren bullish mulai melemah pada XAU/USD. Momentum kenaikan tidak lagi seagresif pekan lalu. Selama belum ada dorongan baru dari sisi fundamental, ruang reli berpotensi terbatas,” ujar analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha dalam risetnya, Senin, 11 Agustus 2025.  
 
Dengan demikian, skenario dasar hari ini menempatkan USD3.400 sebagai resistance terdekat yang perlu ditembus untuk membuka jalan kenaikan lanjutan. Jika tekanan beli berlanjut, area tersebut menjadi target pertama; namun bila koreksi mengemuka, USD3.350 menjadi support awal yang patut dipantau.
 

Baca juga: 

Gak Berubah, Harga Emas UBS dan Galeri 24 di Pegadaian Masih Sama



(Ilustrasi emas. Foto: Dok Bappebti)

Ekspektasi penurunan suku bunga The Fed

Dari sisi makro, sentimen pasar saat ini ditopang ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September. Probabilitas pasar yang mendekati 89–92 persen mencerminkan penilaian bahwa data tenaga kerja terbaru termasuk NFP yang mengecewakan dan revisi turun untuk Mei–Juni telah menggeser nada kebijakan menjadi lebih seimbang.

Komentar Gubernur The Fed Michelle Bowman yang menyoroti kerentanan pasar tenaga kerja serta prospek penurunan suku bunga lebih lanjut pada 2025 turut menguatkan pandangan tersebut. Meski demikian, potensi pembatas reli datang dari pemulihan Dolar AS dan kenaikan imbal hasil jika inflasi kembali kaku.

Di Tiongkok, data resmi menunjukkan People’s Bank of China (PBOC) kembali menambah cadangan emas pada Juli memperpanjang tren pembelian menjadi sembilan bulan berturut-turut. Arus pembelian bank sentral ini menjadi bantalan struktural bagi harga emas di tengah ketidakpastian kebijakan dan gejolak tarif global.

Namun, bagi pergerakan harian, arah berikutnya kemungkinan ditentukan oleh rilis inflasi AS (CPI/PPI), yang akan memberi sinyal apakah The Fed cenderung memprioritaskan mandat stabilitas harga atau mendorong pencapaian maksimum ketenagakerjaan.

Rilis data ekonomi AS dinanti

Jadwal data pekan ini juga padat: Klaim Tunjangan Pengangguran Awal, Penjualan Ritel, dan Sentimen Konsumen University of Michigan. Di sisi jasa, PMI ISM sebelumnya mengindikasikan perlambatan aktivitas serta kontraksi pada komponen ketenagakerjaan tetapi subsektor “Prices Paid” justru naik ke level tertinggi sejak November 2022.

“Kombinasi ini berpotensi menimbulkan pergerakan dua arah pada emas: dukungan dari sisi pertumbuhan yang melambat, namun tertahan bila tekanan harga kembali menanjak,” kata dia.

Secara taktikal, Andy merekomendasikan fokus pada dua zona kunci: USD3.400 sebagai ambang validasi kelanjutan reli dan USD3.350 sebagai pijakan pertahanan pertama. Penutupan di atas USD3.400 berpotensi mengaktifkan momentum ke atas; kegagalan menembusnya membuka ruang konsolidasi atau koreksi menuju area USD3.350.

“Dalam lingkungan yang sensitif terhadap data, disiplin manajemen risiko termasuk penempatan stop-loss yang adaptif terhadap volatilitas menjadi krusial hingga pasar memperoleh kejelasan baru dari rilis inflasi dan komentar pejabat The Fed,” ungkapnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)