Grebeg Maulud, Tradisi Khas Keraton Yogyakarta Menyambut Maulid Nabi SAW

Grebeg Maulud, tradisi khas Yogyakarta untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Dok: Taman Budaya DI Yogyakarta

Grebeg Maulud, Tradisi Khas Keraton Yogyakarta Menyambut Maulid Nabi SAW

Surya Perkasa • 2 September 2025 12:11

Jakarta: Peringatan Maulid Nabi SAW yang jatuh setiap 12 Rabiul Awal Hijriah dirayakan dengan beragam tradisi khas setiap daerah. Salah satunya, tradisi Grebeg Maulud khas Yogyakarta dan Surakarta.

Dikutip dari laman Dinas Kebudayan DI Yogyakarta, kata Grebeg diambil dari bahasa Jawa gerebeg atau gerbeg yang berarti suara angin. Kata ini memiliki makna lain, yakni menggiring raja, pembesar, atau pengantin.

Tradisi Grebeg Maulud ini pertama kali diinisiasi Sunan Kalijaga, ulama yang sangat berpengaruh di Jawa, dan Raden Patah, pendiri dari kerajaan Demak. Sejak abad ke-15, tradisi ini digunakan Sunan Kalijaga sebagai metode dakwah untuk memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat Jawa.

Grebeg Maulud pertama kali diadakan di halaman Masjid Agung Demak, meliputi pertunjukan musik gamelan dan wayang kulit. Wayang kulit dipilih karena kemampuannya untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan religius dengan cara yang menghibur dan mendidik.

Tradisi ini kemudian diadopsi Sultan Hamengkubuwono I, raja pertama Kerajaan Yogyakarta. Grebeg Maulud kemudian menjadi warisan budaya dan agama khas Yogyakarta.
 

Tradisi khas Grebeg Maulud

Setiap tahun, Grebeg Maulud dirayakan sebagai prosesi yang penuh makna. Acara dimulai dengan doa-doa dan salawat untuk Nabi Muhammad SAW. Sejumlah khas juga digelar untuk merayakan maulid Rasulullah dan syukuran atas hasil bumi masyarakat.
 
Baca: 
7 Tradisi Maulid Nabi di Berbagai Daerah Indonesia

Berikut rangkaian ritual Grebeg Maulud tersebut:

Miyos Gangsa
Prosesi membawa keluar gamelan sekati keramat dari Keraton menuju Masjid Gedha. Bunyi gamelan dipercaya membawa keberkahan dan kedamaian.

Numpak Wajik
Prosesi pembuatan wajik sebagai gunungan yang melambangkan kehidupan yang diawali dari rahim seorang ibu.

Kondur Gangsa
Prosesi membawa kembali gamelan sekati ke Keratan setelah selesai menggunakan.

Bethak
Prosesi memasak nasi yang akan diletakan di dalam gunungan, melambangkan rezeki dan keberkahan.

Pisowanan Garebeg
Prosesi menempatkan nasi dalam gunungan dan persiapan arak-arakan, melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan.

Arak-Arakan Gunungan
Dalam arakan tersebut, tersusun sebanyak 6 gunungan yang didalamnya terdapat hasil bumi dari masyarakat untuk masyarakat, yang didalamnya terdapat buah, sayuran, nasi, dan sebagainya yang melambangkan rasa syukur.

Pembagian Gunungan
Pada pembagian gunungan tersebut, masyarakat akan mengantri dalam memperebutkan hasil gunungan tersebut yang dipercaya akan mendapatkan keberuntungan dan kemudahan hidup.


(Shandayu Ardyan Nitona Putrahia Zebua)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)