Melesat, Harga Bitcoin Sentuh Rp1,56 Miliar

Ilustrasi bitcoin. Foto: Xinhuanet.

Melesat, Harga Bitcoin Sentuh Rp1,56 Miliar

Husen Miftahudin • 24 April 2025 15:37

Jakarta: Harga bitcoin menembus USD93 ribu atau sekitar Rp1,56 miliar pada pekan ini, menciptakan momentum baru di pasar kripto global. Pasalnya, kenaikan ini menjadi salah satu yang paling ditunggu sejak bulan lalu, sekaligus menjadi sinyal kuat akan berlanjutnya tren bullish bitcoin di tengah ketidakpastian makroekonomi global.

Salah satu faktor utama pendorong lonjakan harga ini adalah aksi beli masif dari institusi besar seperti MicroStrategy (Strategy), yang baru saja membeli 6.556 BTC senilai USD555,8 juta, yang dibeli dari 14-20 April 2025. Transaksi tersebut menambah total kepemilikan bitcoin perusahaan menjadi 538.200 BTC, menjadikannya perusahaan publik dengan kepemilikan bitcoin terbesar di dunia.

Kepemilikan besar oleh institusi seperti MicroStrategy memberi dorongan kepercayaan bagi investor ritel. Tak hanya itu, data dari Farside Investors menunjukkan ETF Bitcoinspot mencatat arus masuk bersih sebesar USD381,3 juta dalam satu hari, tertinggi sejak 30 Januari 2025.

Kembalinya investor institusi menandakan pasar mulai mengalami rotasi dari asettradisional menuju aset digital. Sentimen ini diperkuat dengan melemahnya pasar sahamakibat ketegangan geopolitik, terutama ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell.

Trump secara terbuka menyerang Powell dan mendesaknya untuk menurunkan suku bunga secara preventif. Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran akan independensi The Fed dan memperburuk volatilitas di pasar tradisional, yang pada akhirnya membuat investor mencari lindung nilai alternatif seperti bitcoin.
 

Baca juga: Harga Bitcoin Stabil di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global, Ini Penjelasannya!
 

Bitcoin alami validasi ulang sebagai aset safe haven


Sementara CEO Indodax Oscar Darmawan menanggapi fenomena ini dengan optimisme. Ia menyebut lonjakan harga bitcoin bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, melainkan buah dari adopsi jangka panjang dan kepercayaan publik terhadap aset digital yang semakin besar.

"Bitcoin sedang mengalami validasi ulang sebagai aset safe haven. Ketika dunia dihantui inflasi, gejolak geopolitik, dan ketidakpastian suku bunga, justru BTC memperlihatkan ketahanannya. Ini bukan hanya tren, ini pergeseran paradigma," tutur Oscar.

Oscar juga menyoroti lonjakan harga bitcoin yang kali ini tidak didominasi oleh spekulasi ritel semata. Data menunjukkan investor besar dan institusi menjadi pendorong utama kenaikan harga, yang berarti adopsi bitcoin sudah memasuki fase kedewasaan baru.

Selain itu, ia menambahkan pergerakan altcoin juga memperlihatkan tren positif meski tidak setinggi bitcoin. Ethereum naik 13 persen dalam sepekan terakhir menjadi sekitar USD1.790, Solana melonjak 4,2 persen di angka sekitar USD151, dan Polygon bahkan naik hingga 10 persen di angka sekitar USD4,08.

Menurut Oscar, lonjakan harga ini menjadi sinyal kuat bagi investor ritel di Indonesia untuk tidak tergesa-gesa mengambil keuntungan jangka pendek. Ia mengimbau agar masyarakat mulai membangun strategi investasi jangka panjang yang berlandaskan kesabaran dan kepercayaan terhadap fundamental bitcoin.

"Jangan tergoda untuk panic selling saat harga naik. Justru sekarang adalah saat untuk mempertahankan aset. Sejarah menunjukkan mereka yang 'diamond hand', sabar dan tidak mudah tergoda, adalah yang meraih keuntungan terbesar," tegas Oscar.


(Ilustrasi. Foto: dok KBI)
 

Bitcoin jadi investasi paling menjanjikan


Ia juga mengingatkan proyeksi jangka panjang bitcoin sangat menjanjikan. StandardChartered masih mempertahankan prediksi harga bitcoin bisa mencapai USD200 ribu (sekitar Rp3,37 miliar) pada akhir 2025. Bahkan, tokoh finansial global Robert Kiyosaki memprediksi BTC bisa melampaui USD350 ribu (Rp5,9 miliar) pada tahun yang sama.

Kondisi ini membuat Oscar optimistis terhadap masa depan aset kripto di Indonesia. Ia menyebutkan volume transaksi di Indodax naik 1,5 persen senilai Rp9,8 triliun dari awal April. Hal ini menandakan minat masyarakat terhadap bitcoin dan aset digital lainnya terus tumbuh.

"Angka ini menunjukkan masyarakat kita semakin memahami pentingnya aset digital dalam portofolio investasi mereka. Adopsi bukan hanya tren luar negeri, tapi juga berkembang sangat cepat di dalam negeri," jelasnya.

Oscar juga menegaskan investor pemula tidak perlu menunggu 'harga koreksi' untuk mulai masuk pasar. Strategi seperti Dollar Cost Averaging (DCA) dapat digunakan untuk mulai berinvestasi secara konsisten tanpa harus menebak puncak atau dasar harga.

Ia mengajak masyarakat untuk mulai mengubah pola pikir terhadap bitcoin dari spekulatif menjadi strategis. Bitcoin bukan lagi instrumen yang diperdagangkan untuk cuan cepat, melainkan instrumen keuangan modern yang patut diperhitungkan dalam rencana keuangan jangka panjang. 

"Saya percaya bitcoin adalah bentuk revolusi teknologi dan keuangan. Nilainya akan terus naik seiring meningkatnya adopsi dan terbatasnya suplai. Yang sabar pasti panen. Yang setia menunggu adalah yang akan menikmati hasil besar," tambah Oscar.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)