Daya Tarik Emas sebagai Safe Haven Luntur, Masih Layak Dibeli?

Emas batangan. Foto: dok MIND ID.

Daya Tarik Emas sebagai Safe Haven Luntur, Masih Layak Dibeli?

Eko Nordiansyah • 15 May 2025 11:47

Jakara: Harga emas dunia kembali mengalami tekanan pada Rabu, 14 Mei 2025, mencatat penurunan untuk kedua kalinya dalam tiga hari terakhir. Menurut analisis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha menyebutkan penurunan ini terutama dipicu oleh membaiknya sentimen risiko global.

Hal ini dipicu oleh kemajuan dalam hubungan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Faktor ini mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven, mendorong harga XAU/USD turun di bawah level USD3.200 untuk pertama kalinya sejak 11 April.

Sementara itu, pada sesi perdagangan Asia Kamis pagi, 15 Mei 2025, harga emas sempat diperdagangkan sedikit menguat di sekitar USD3.180. Namun demikian, potensi kenaikan diperkirakan terbatas karena sentimen pasar yang lebih optimis terhadap risiko dan hasil positif dari negosiasi perdagangan.

Dalam perkembangan terakhir, AS dan Tiongkok sepakat untuk saling menurunkan tarif setelah pembicaraan dua hari di Jenewa. AS menurunkan tarif impor dari Tiongkok dari 145 persen menjadi 30 persen, sementara Tiongkok menurunkan tarif dari 125 persen menjadi 10 persen untuk barang-barang dari AS.

"Keputusan ini mengurangi ketegangan dalam perang dagang global, yang pada gilirannya menekan permintaan terhadap emas sebagai aset perlindungan," kata dia dalam keterangan tertulis.

Dari sisi teknikal, Andy Nugraha menjelaskan kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average saat ini menunjukkan kecenderungan tren bearish yang semakin menguat pada XAU/USD. Hal ini menjadi indikasi tekanan jual masih mendominasi pergerakan harga emas.

"Dalam proyeksinya hari ini, harga emas diperkirakan masih berpotensi melemah menuju level support di USD3.151. Namun, jika terjadi pembalikan arah (rebound) dari area support tersebut, maka harga berpotensi kembali menguat menuju target terdekat di kisaran USD3.238," ujar dia.
 

Baca juga: 

Buruan Serbu! Harga Emas Antam Diskon Rp20 Ribu Hari Ini



(Ilustrasi emas. Foto: Dok Bappebti)

Faktor geopolitik memengaruhi sentimen pasar

Penasihat utama Iran, Ali Shamkhani, menyatakan kesiapan Iran untuk menandatangani kesepakatan nuklir baru dengan Presiden AS Donald Trump, asalkan sanksi ekonomi dicabut. Pernyataan ini dianggap sebagai sinyal positif yang menambah optimisme pasar, dan berkontribusi pada tekanan terhadap harga emas.

Namun demikian, Andy Nugraha mengingatkan bahwa ketidakpastian yang masih ada dalam kesepakatan dagang, serta risiko geopolitik global, tetap menjadi faktor penopang harga emas dalam jangka pendek.

Para pelaku pasar juga tengah menanti data ekonomi penting dari AS, yaitu Penjualan Ritel dan Indeks Harga Produsen (IHP) untuk April yang dijadwalkan rilis Kamis. Selain itu, pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, juga menjadi perhatian utama karena dapat memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter ke depan.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi Treasury AS yang naik pada hari Rabu menjadi tambahan tekanan bagi emas, mengingat logam mulia tidak memberikan imbal hasil. Bahkan, rumor pemerintahan Trump lebih menyukai dolar AS yang lebih lemah tidak mampu mengangkat harga emas secara signifikan, karena fokus pasar kini tertuju pada aset-aset berisiko yang dinilai lebih menarik.

"Dengan latar belakang tersebut menunjukkan bahwa tekanan bearish masih dominan pada emas. Meski terdapat potensi teknikal untuk rebound jangka pendek, arah dominan tetap cenderung melemah, terutama jika data ekonomi AS mendukung penguatan aset berisiko," ungkap dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)