Dunia human resources (HR) dituntut untuk bertransformasi lebih cepat dan cerdas. Foto: Dok istimewa
Eko Nordiansyah • 18 July 2025 16:32
Jakarta: Dalam era teknologi kecerdasan buatan generatif (generative AI/GenAI) merevolusi cara kerja, dunia human resources (HR) dituntut untuk bertransformasi lebih cepat dan cerdas. GenAI tidak lagi sekadar alat bantu, tetapi telah menjadi akselerator transformasi menyeluruh, mulai dari proses rekrutmen, pengelolaan talenta, hingga membentuk pengalaman karyawan.
Namun sentuhan manusia tetap menjadi inti dari transformasi bisnis di tengah pesatnya adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI). Seperti yang ditegaskan oleh HR thought leader, Josh Bersin, yakni organisasi yang hanya berfokus pada teknologi tanpa mempertahankan pendekatan manusiawi akan kehilangan engagement karyawan, kreativitas, dan budaya kerja yang sehat.
Hal ini juga diperkuat oleh data terbaru dari McKinsey (2024) yang menunjukkan bahwa perusahaan yang mampu memadukan pemanfaatan teknologi dengan strategi human-centered mengalami peningkatan produktivitas hingga 2,3 kali lipat dan penurunan turnover karyawan sebesar 30 persen, dibandingkan dengan organisasi yang hanya mengejar digitalisasi semata.
Para eksekutif dinilai harus siap untuk mengkaji ulang dan menyesuaikan rencana dan harapan mereka pada GenAI ketika alat ini makin berkembang dan kemahiran karyawan meningkat. Para pemimpin bisnis harus bermitra dengan HR untuk menilai bagaimana investasi GenAI harus mengubah peran dan alur kerja tim dan untuk mengidentifikasi calon internal potensial untuk peran yang baru dirancang ulang.
“Implementasi set system manajemen SDM di perusahaan telah sukses menempatkan direktorat HC/SDM sebagai enabler penghubung antara fungsi direktorat utama, sebagai penentu kebijakan strategi bisnis perusahaan dengan fungsi direktorat lainnya,” kata Managing Director LM FEB UI Yasmine Nasution dalam The 16th Indonesia HR Excellence Conference & Awarding 2025 dikutip Jumat, 18 Juli 2025.
Baca juga: |