Ancaman dan Serangan Digital Jadi Tantangan Terbesar bagi Organisasi

Ilustrasi. FOTO: Medcom

Ancaman dan Serangan Digital Jadi Tantangan Terbesar bagi Organisasi

Angga Bratadharma • 13 June 2023 12:47

Jakarta: Di era digital seperti saat ini, ancaman dan serangan siber menjadi tantangan terbesar bagi organisasi di berbagai belahan dunia. Pasalnya, ancaman dan serangan siber ini dapat mengancam kerahasiaan data dan informasi penting seseorang sebagai individu maupun organisasi tempat kita bekerja.

Tidak hanya itu, data dan informasi pun menjadi rentan bocor, dicuri, diubah, maupun dihapus. Ditambah lagi pandemi covid-19 secara drastis mengubah peran teknologi menjadi semakin signifikan dalam kehidupan sehari–hari masyarakat dan institusi sehingga membuat daya tahan, tidak hanya keamanan, siber menjadi lebih relevan dan penting dari sebelumnya.

IT Advisory Director Grant Thornton Indonesia Goutama Bachtiar menyatakan peningkatan aktivitas digital saat pandemi berbanding lurus dengan bertambahnya ancaman dan serangan siber, tidak hanya di Indonesia, namun juga secara global.

"Maraknya kecurangan, penipuan, dan kejahatan siber juga dibarengi dengan dengan terungkapnya fakta perihal minimnya literasi digital di tataran masyarakat maupun di institusi khususnya pengguna produk dan layanan teknologi informasi," kata Goutama, dikutip dari keterangan tertulisnya, Selasa, 13 Juni 2023.

Modus penipuan dan kejahatan siber yang paling sering terjadi meliputi peretasan, penyamaran, penyalinan informasi, penggantian atau modifikasi laman web, phising atau pengelabuan, Business Email Compromise (BEC), dan rekayasa sosial. Ia menambahkan bahwa sektor keuangan merupakan industri di mana insiden dan serangan paling sering terjadi.

Dirinya mengungkapkan phishing merupakan jenis serangan siber yang umum terjadi di Indonesia. Jenis kejahatan siber ini banyak memanfaatkan psikologi korban dan juga informasi seperti e-mail, telepon, maupun pesan teks singkat.

"Bertujuan untuk mengelabui korban agar memberikan data sensitif berupa informasi login uang elektronik, dompet elektronik, BNPL (Buy Now Pay Later), digital banking, maupun detail kartu debit," ungkap Goutama.

Untuk mengantisipasi maraknya ancaman dan serangan tersebut, tambahnya, organisasi khususnya perusahaan mulai mencari strategi, cara, dan rencana untuk memperkuat sistem ketahanan dan juga termasuk keamanan digital dan sibernya.

Salah satunya adalah dengan menggunakan jasa konsultasi untuk mendesain dan mengembangkan program ketahanan dan keamanan siber dan digital yang efektif dan efisien sehingga dapat meminimalisir kemungkinan dan atau dampak kejahatan siber.

Di Grant Thornton, lanjutnya, terlihat adanya peningkatan jumlah klien yang membutuhkan bantuan dan pendampingan dalam bentuk konsultasi, audit, review, vulnerability assessment, maupun penetration testing untuk meningkatkan sistem ketahanan dan keamanan siber dan digital mereka.

"Kami sendiri selalu menyarankan agar mereka untuk memiliki perencanaan ketahanan dan keamanan digital dan siber jangka pendek, menengah, dan jangka panjang, baik di tataran strategis, operasional, teknis, maupun juga taktis," pungkasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Angga Bratadharma)