Bendera Tiongkok. Foto: Freepik
Annisa Ayu Artanti • 28 December 2024 10:37
Jakarta: Bank Dunia meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok untuk 2024 dan 2025. Lembaga itu juga membeberkan sejumlah tantangan, seperti rendahnya kepercayaan konsumen dan pelaku bisnis serta masalah berkelanjutan di sektor properti masih akan terus membayangi pertumbuhannya.
Melansir Xinhua, Sabtu, 28 Desember 2024, dalam laporan terbarunya, Bank Dunia menyatakan Tiongkok diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 4,9 persen pada 2024, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,8 persen.
Meskipun ada peningkatan tersebut, tantangan besar tetap ada, terutama dalam sektor properti yang masih menghadapi krisis, serta permintaan domestik yang lesu.
Direktur Bank Dunia untuk Tiongkok Mara Warwick menekankan pentingnya mengatasi masalah di sektor properti, memperkuat jaring pengaman sosial, dan memperbaiki keuangan pemerintah daerah sebagai langkah-langkah penting untuk mendorong pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.
“Penting untuk menyeimbangkan dukungan jangka pendek terhadap pertumbuhan dengan reformasi struktural jangka panjang,” kata Warwick dalam sebuah pernyataan.
Ilustrasi Bank Dunia. Foto: Freepik
Proyeksi 2025
Proyeksi Bank Dunia untuk 2025 menunjukkan penurunan yang lebih moderat menjadi 4,5 persen, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang hanya 4,1 persen. Meskipun ada harapan untuk pemulihan, Bank Dunia memperkirakan bahwa pendapatan rumah tangga yang lebih lambat serta penurunan harga properti akan terus membebani konsumsi masyarakat hingga 2025.
Di tengah tantangan tersebut, pemerintah Tiongkok telah menyetujui penerbitan obligasi khusus senilai tiga triliun yuan (sekitar USD411 miliar) pada 2025 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pemulihan jangka pendek.
Namun, Bank Dunia juga mengingatkan pemulihan sektor properti Tiongkok kemungkinan baru akan terlihat pada akhir 2025. Sektor ini, yang telah mengalami penurunan tajam dalam beberapa tahun terakhir, menjadi salah satu penghambat utama bagi pemulihan ekonomi.
Seiring dengan pertumbuhan kelas menengah yang signifikan di Tiongkok sejak 2010-an, yang kini mencakup sekitar 32 persen dari populasi pada 2021, Bank Dunia mencatat sekitar 55 persen warga Tiongkok masih hidup dalam ketidakamanan ekonomi. Hal ini menunjukkan perlunya pemerintah Tiongkok untuk menciptakan lebih banyak peluang ekonomi guna mendukung kelompok masyarakat yang masih rentan.
Sementara itu, meskipun Beijing optimis dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi sekitar lima persen untuk tahun ini, pemulihan yang berkelanjutan tetap membutuhkan upaya besar dalam menyelesaikan permasalahan struktural yang ada. (
Suchika Julian Putri)