Kim Jong-un Tegaskan Reunifikasi Korea Utara dan Selatan Sudah Tak Mungkin Terjadi

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. (AP)

Kim Jong-un Tegaskan Reunifikasi Korea Utara dan Selatan Sudah Tak Mungkin Terjadi

Willy Haryono • 16 January 2024 10:37

Pyongyang: Kim Jong-un, penguasa rezim saat ini di Korea Utara, menegaskan bahwa negaranya dan Korea Selatan sudah tak mungkin lagi bisa bersatu. Untuk itu, ia menyerukan dilakukannya amandemen konstitusi untuk mengubah status Korea Selatan sebagai negara terpisah.

Selain itu, Kim juga mengatakan bahwa meski Korea Utara tidak menginginkan perang, namun pihaknya juga tidak berniat menghindarinya, lapor media pemerintah Korean Central News Agency (KCNA) pada Selasa, 16 Januari 2024.

Kim Jong-un mengaku telah menarik kesimpulan bahwa reunifikasi Korea Utara dengan Korea Selatan tidak lagi mungkin dilakukan. Hal ini disampaikan dalam pidatonya di Majelis Rakyat Tertinggi Korea Utara, sembari sambil menuduh Seoul berupaya meruntuhkan rezim dan melakukan reunifikasi secara paksa.

"Kami tidak menginginkan perang, tetapi kami tidak punya niat untuk menghindarinya," kata Kim Jong-un, seperti dilaporkan KCNA dan dikutip Global News.

Masih dari laporan KCNA, tiga organisasi yang menangani unifikasi dan pariwisata antar-Korea akan ditutup.

Seruan terbaru Kim dilakukan ketika ketegangan semakin memburuk di Semenanjung Korea, di tengah serangkaian uji coba rudal dan dorongan Pyongyang untuk menghentikan kebijakan yang telah berlaku selama beberapa dekade dan mengubah status hubungannya dengan Korea Selatan.

Para analis mengatakan Kementerian Luar Negeri Korea Utara dapat mengambil alih hubungan dengan Seoul, dan berpotensi membantu menjustifikasi penggunaan senjata nuklir terhadap Korea Selatan dalam perang di masa mendatang.

Dalam sebuah laporan dari 38 North yang berbasis di Amerika Serikat (AS) pekan lalu, mantan pejabat Kemenlu Robert Carlin dan ilmuwan nuklir Siegfried Hecker mengatakan mereka melihat situasi di Semenanjung Korea lebih berbahaya dibandingkan awal Juni 1950.

"Itu mungkin terdengar terlalu dramatis, tapi kami yakin, seperti kakeknya di tahun 1950, Kim Jong-un telah membuat keputusan strategis untuk berperang," tulis mereka.

"Kami tidak tahu kapan atau bagaimana Kim berencana melakukan aksinya, namun bahayanya sudah jauh melebihi peringatan rutin di Washington, Seoul, dan Tokyo mengenai ‘provokasi’ Pyongyang," sambung keduanya.

Namun, pengamat lain lebih optimistis dan mengatakan bahwa perubahan tersebut mencerminkan kenyataan dan mungkin membantu kedua Korea pada akhirnya menormalisasi hubungan.

Baca juga:  Kim Jong Un: Kami tak akan Ragu Musnahkan Korea Selatan!

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)