Satelit Jadi Tulang Punggung Telkomsat Perkuat Konektivitas Digital Nusantara

Satelit Telkomsat. Foto: dok Telkomsat.

Satelit Jadi Tulang Punggung Telkomsat Perkuat Konektivitas Digital Nusantara

Ade Hapsari Lestarini • 24 December 2025 13:53

Jakarta: Satelit telah menjadi infrastruktur digital tak kasatmata yang menopang keberlangsungan komunikasi dan layanan digital modern di berbagai wilayah. Ribuan satelit dengan beragam ukuran dan fungsi mengorbit bumi setiap hari, menjalankan peran mulai dari penyiaran televisi, navigasi lokasi, komunikasi data, hingga pemantauan cuaca.

Satelit, baik alami maupun buatan manusia, bekerja dengan prinsip gravitasi sehingga tetap berada pada lintasan orbitnya. Satelit buatan dengan teknologi yang tersemat di dalamnya mendukung berbagai aktivitas manusia, seperti layanan maritim, pertanian, manajemen bencana, pertahanan, keamanan nasional, hingga pengembangan Internet of Things (IoT), khususnya di wilayah yang sulit dijangkau infrastruktur terestrial.

Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas daratan dan wilayah maritim sekitar 6,4 juta kilometer persegi serta terdiri atas kurang lebih 17 ribu pulau, kehadiran satelit menjadi kebutuhan strategis. Infrastruktur satelit diperlukan untuk menjamin pemerataan konektivitas, menjaga kedaulatan data nasional, serta menopang ketahanan sistem informasi nasional.

Sebagai anak usaha dari PT Telkom Indonesia yang bergerak dalam pengelolaan satelit, PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) berkomitmen memperkuat konektivitas ruang digital Indonesia. Komitmen tersebut diwujudkan melalui upaya membuka isolasi wilayah terpencil agar tetap terhubung dengan akses informasi digital, sekaligus menghadirkan pemerataan layanan konektivitas setara dengan wilayah lainnya.

Melalui pengoperasian lima satelit Geostationary Earth Orbit (GEO) yang mengorbit di ketinggian sekitar 35.786 kilometer di atas permukaan bumi serta eksplorasi konstelasi satelit Low Earth Orbit (LEO) pada ketinggian 200 hingga 2.000 kilometer, Telkomsat memperkuat cakupan layanannya di wilayah Indonesia dan Asia. Di sisi lain, perusahaan juga terus berinovasi menghadirkan layanan yang relevan dengan kebutuhan masa kini dan masa depan, seperti IoT, dan Earth Observation (EO).

"Konektivitas berbasis satelit akan tetap menjadi elemen kunci dalam arsitektur jaringan nasional, terutama untuk menjamin keandalan komunikasi di wilayah terpencil maupun untuk kebutuhan strategis negara. Telkomsat terus berkomitmen menghadirkan layanan yang inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat," ungkap Direktur Utama Telkomsat, Lukman Hakim Abd Rauf, dalam keterangan tertulis, Rabu, 24 Desember 2025.


 

 

Perkembangan transformasi digital


Seiring perkembangan transformasi digital global, teknologi satelit tidak lagi dipandang semata sebagai solusi konektivitas saat ini, melainkan sebagai fondasi strategis bagi masa depan ekosistem digital nasional. Kebutuhan akan layanan berbasis data, konektivitas lintas sektor, serta komunikasi yang semakin real-time menuntut infrastruktur yang adaptif, tangguh, dan berkelanjutan.

Menurut Lukman, dalam konteks tersebut, satelit menjadi tulang punggung yang memungkinkan integrasi berbagai teknologi masa depan, khususnya di wilayah dengan tantangan geografis. Memasuki 2026, Telkomsat telah menyiapkan langkah strategis untuk menjawab tantangan tersebut melalui penguatan kapabilitas teknologi, kesiapan operasional, serta pengembangan portofolio layanan berbasis multi-orbit.

Langkah ini mencakup optimalisasi layanan GEO yang telah beroperasi, pengembangan ekosistem LEO, serta kesiapan layanan generasi berikutnya yang mendukung kebutuhan nasional di masa depan. Dengan kesiapan tersebut, Telkomsat menegaskan perannya sebagai penggerak utama konektivitas digital Indonesia yang berkelanjutan.

"Berdasarkan berbagai data, masih terdapat sejumlah wilayah di Indonesia yang tergolong area minim sinyal atau blank spot. Namun, kondisi tersebut dapat diatasi secara bertahap melalui pemanfaatan teknologi satelit, khususnya dalam mendukung pemantauan sumber daya alam, mitigasi bencana, serta pengelolaan wilayah perairan secara mandiri,” ujar dia.

Dengan posisi geografis Indonesia yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif serta diapit dua benua dan dua samudra, menjadikan negara berpenduduk sekitar 286,7 juta jiwa ini rentan terhadap berbagai bencana alam. Dalam kondisi darurat, satelit berperan sebagai tulang punggung komunikasi dan pemantauan ketika infrastruktur terestrial tidak tersedia atau mengalami gangguan.

Peran strategis tersebut memungkinkan percepatan koordinasi tanggap darurat, distribusi bantuan yang lebih tepat sasaran, serta pemantauan dampak bencana secara real-time. Oleh karena itu, satelit menjadi kunci dalam mewujudkan keadilan akses informasi sekaligus mendorong terciptanya pemerataan dan keberlanjutan konektivitas digital di seluruh pelosok negeri.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Ade Hapsari Lestarini)