PLN fokus pada upaya percepatan pemulihan jaringan distribusi listrik kepada masyarakat. Foto: Dok istimewa
Banda Aceh: Sebagian masyarakat Aceh kembali menikmati pasokan listrik pascabencana banjir bandang dan longsor yang melanda akhir November lalu. Kondisi ini dicapai melalui proses pemulihan yang masih berlangsung secara bertahap, terutama di lokasi dengan tingkat kerusakan dan keterbatasan akses paling tinggi.
Pengamat energi sekaligus Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), Sofyano Zakaria, menilai kembalinya pasokan listrik ke mayoritas wilayah Aceh tidak bisa dilepaskan dari keputusan teknis dan manajerial untuk memulai pemulihan sejak fase awal pascabencana, meskipun situasi lapangan belum sepenuhnya kondusif.
"Dalam konteks penanganan kelistrikan pascabencana, menunggu kondisi benar-benar aman justru berisiko memperpanjang pemadaman. Dari yang terlihat di Aceh, pemulihan dimulai saat akses terbatas, medan masih berlumpur, dan cuaca belum sepenuhnya bersahabat," ujar Sofyano dalam keterangannya, Senin, 22 Desember 2025.
Ia menjelaskan, dampak bencana menyebar dari kawasan pesisir hingga dataran tinggi. Gangguan tidak hanya terjadi pada jaringan distribusi di permukiman warga, tetapi juga menyentuh infrastruktur utama yang menopang sistem kelistrikan antardaerah. Dengan karakter dampak yang meluas tersebut, pemulihan sistem kelistrikan tidak memungkinkan dilakukan secara berurutan dari satu titik ke titik lain.
Sejak hari-hari awal pascabencana, kata dia, proses pemulihan
kelistrikan dilakukan di tengah akses jalan yang terputus, lumpur tebal, cuaca ekstrem, serta potensi banjir susulan yang masih harus diantisipasi. Dalam kondisi ini, metode kerja di lapangan harus disesuaikan agar pengamanan sistem dapat segera dilakukan tanpa menunggu situasi sepenuhnya normal.
Sofyano mencatat pada sejumlah titik krusial, pemulihan dilakukan tanpa menunggu akses darat pulih sepenuhnya. Material dan peralatan kelistrikan didistribusikan melalui jalur alternatif, termasuk jalur udara, sementara petugas menjangkau lokasi terisolir dengan dukungan transportasi khusus. Di beberapa ruas transmisi utama, tower darurat dibangun dengan memanfaatkan alat berat yang dimodifikasi agar sistem dapat segera diamankan.
"Pekerjaan dilakukan dalam kondisi yang terus berubah. Tekanan waktu tinggi, sementara faktor keselamatan tetap harus dijaga," kata Sofyano.
Ilustrasi upaya pemulihan listrik di Aceh. Istimewa.
Menurutnya, prioritas pengamanan sistem utama sejak awal menjadi kunci agar dampak pemadaman tidak meluas dan wilayah yang secara teknis memungkinkan dipulihkan lebih cepat tidak ikut tertahan terlalu lama.
"Ketika gangguan terjadi di banyak titik sekaligus, pengamanan sistem utama menentukan seberapa cepat dampak pemadaman bisa dipersempit," ujar Sofyano.
Seiring jaringan utama kembali tersambung, penyalaan listrik dilakukan secara bertahap melalui proses sinkronisasi dan stabilisasi sistem. Tahapan ini diperlukan untuk memastikan pasokan kembali aman dan tidak memicu gangguan lanjutan.
"Kondisi ini memperlihatkan bahwa terang yang kini dirasakan masyarakat bukan hasil dari menunggu keadaan aman sepenuhnya, melainkan dari keputusan memulai pemulihan sejak fase awal di tengah berbagai keterbatasan," tutur Sofyano.