Keluarga korban kecelakaan Jeju Air. Foto: The New York Times
Muan: Tangisan pilu terdengar di ruang tunggu Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Senin 30 Desember 2024, ketika keluarga korban kecelakaan pesawat Jeju Air menunggu kabar tentang kerabat mereka. Tragedi ini terjadi saat pesawat Boeing 737-800 dari Thailand mengalami kecelakaan fatal pada Minggu 29 Desember 2024, menewaskan 179 dari 181 penumpang dan kru yang berada di dalamnya.
Keluarga korban kini dilanda kesedihan mendalam sekaligus kemarahan saat menunggu identifikasi resmi jenazah untuk dapat memakamkan dan meratapi kehilangan mereka.
“Saya sangat meminta maaf, namun kerusakan pada tubuh korban sangat parah,” ujar seorang pejabat dalam pengarahan kepada keluarga korban, seperti dilansir dari Channel News Asia, Selasa 31 Desember 2024.
Pernyataan itu memicu tangisan dan teriakan dari keluarga yang hadir.
Pejabat tersebut menjelaskan bahwa banyak bagian tubuh korban, seperti lengan dan kaki, yang terpisah, sehingga mempersulit proses evakuasi jenazah dan pengumpulan bukti di lokasi kecelakaan. Hingga kini, otoritas telah mengidentifikasi 146 korban menggunakan sidik jari dan analisis DNA, sementara 33 lainnya masih dalam proses.
Pencarian dan evakuasi
Di lokasi kecelakaan dekat bandara, tentara masih terus mencari sisa-sisa tubuh korban di lahan basah sekitar lokasi kejadian. Seorang reporter
AFP melaporkan adanya kursi pesawat yang berlumuran darah dan sisa-sisa tubuh manusia yang berserakan di sekitar reruntuhan.
Pejabat berwenang memperkirakan mereka dapat merekonstruksi 80 hingga 90 persen tubuh korban dalam waktu 10 hari. Namun, keluarga korban mendesak percepatan proses evakuasi mengingat kondisi cuaca yang menghangat meskipun sedang musim dingin, yang dikhawatirkan dapat mempercepat dekomposisi jenazah.
“Kami hanya ingin otoritas membawa pulang orang-orang tercinta kami, meski tubuh mereka tidak sepenuhnya utuh,” ujar Park Han-shin, perwakilan keluarga korban.
Ia juga meminta otoritas menambah kontainer berpendingin untuk menyimpan jenazah.
Respons Jeju Air
Kemarahan keluarga korban semakin memuncak ketika CEO Jeju Air, Kim E-bae, datang menemui mereka 11 jam setelah kecelakaan terjadi. Dalam video yang beredar, keluarga korban terlihat meneriaki Kim, mempertanyakan mengapa ia datang terlambat.
“Perjalanan dari Seoul ke Gwangju hanya memakan waktu satu jam 40 menit dengan KTX. Jadi apa yang Anda lakukan selama ini?” teriak salah satu anggota keluarga.
Kim menyampaikan belasungkawa mendalam dan meminta maaf kepada keluarga korban.
“Dengan hati penuh duka, saya menyampaikan simpati kepada mereka yang kehilangan orang tercinta dalam kecelakaan ini. Saya juga memohon maaf dengan tulus kepada keluarga yang ditinggalkan,” ujarnya.
Namun, pernyataan itu tidak cukup meredakan emosi keluarga korban, yang terus mendesak tanggung jawab dari pihak maskapai.
Di lokasi kecelakaan,
puing-puing pesawat, termasuk kursi yang berlumuran darah dan logam yang hancur, masih terlihat berserakan, meninggalkan jejak kehancuran yang mendalam.
“Ini sangat memilukan,” kata Yoo, seorang wanita berusia 71 tahun, yang kehilangan saudara laki-lakinya dalam tragedi ini.
(Muhammad Reyhansyah)