Perusahaan Jepang Yakin Ekonomi Tiongkok Terus Melambat hingga 2025

Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.

Perusahaan Jepang Yakin Ekonomi Tiongkok Terus Melambat hingga 2025

Arif Wicaksono • 12 October 2023 15:28

Tokyo: Sebagian besar perusahaan Jepang memperkirakan perlambatan ekonomi Tiongkok akan berlanjut hingga 2025. Dua pertiga perusahaan yang beroperasi di Tiongkok ingin mengalihkan sebagian produksinya ke tempat lain untuk mencari penjualan di pasar lain.

Pandangan hati-hati tersebut muncul meskipun data terbaru menunjukkan perekonomian Tiongkok yang terbebani oleh utang proyek infrastruktur dan penurunan nilai properti telah mencapai titik terendahnya. Aktivitas pabrik Tiongkok pada bulan September meningkat untuk pertama kalinya dalam enam bulan, dengan pertumbuhan penjualan meningkat pada Agustus.

Dari 502 perusahaan besar Jepang yang disurvei oleh Reuters, 52 persen mengatakan mereka memperkirakan perlambatan di Tiongkok akan terus berlanjut hingga 2025, dan 17 persen memperkirakan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah akan terus berlanjut hingga akhir 2024. Hanya lima persen yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan pulih pada 2024, akhir kuartal pertama tahun depan.

"Pengiriman kargo stagnan, dan sulit bagi pengelola kargo untuk mengambil tindakan untuk mengatasi hal tersebut," kata seorang perwakilan dari sebuah perusahaan transportasi yang tak mau disebutkan namanya, dilansir Channel News Asia, Kamis, 12 Oktober 2023.

Lebih dari dua pertiga kekayaan rumah tangga di Tiongkok terikat pada pasar properti, dan dengan meningkatnya pengangguran kaum muda, konsumen dan perusahaan enggan mengeluarkan uang untuk belanja.

Ekonomi Jepang ditaksir tumbuh 5%

Analis yang disurvei secara terpisah oleh Reuters bulan lalu memperkirakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini akan tumbuh sebesar lima persen tahun ini dan sebesar 4,5 persen tahun depan.

Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Jepang. Nilai kegiatan ekonomi lintas batas tersebut melonjak 14 persen menjadi 43,8 triliun yen (USD294 miliar) tahun lalu, menurut pemerintah Jepang. Perusahaan Jepang juga beroperasi di lebih dari 31 ribu lokasi di negara tersebut.

Sekitar 45 persen perusahaan yang terlibat dalam survei tersebut mengatakan perlambatan di Tiongkok telah berdampak pada bisnis mereka. Selain perusahaan-perusahaan yang mengalihkan produksinya ke luar Tiongkok, 12 persen mengatakan mereka membatasi investasi modal di sana.

Di Jepang, 86 persen perusahaan mengatakan mereka ingin Perdana Menteri Fumio Kishida meningkatkan perekonomian dengan paket stimulus senilai lebih dari 10 triliun yen, dan hampir seperlimanya meminta pengeluaran setidaknya 30 triliun yen, termasuk untuk langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut. kenaikan harga dan membantu perusahaan menaikkan upah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)