Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.
Beijing: Pengembang Tiongkok Shimao Group mengajukan proposal restrukturisasi baru untuk membayar utang luar negerinya. Shimao bergabung dengan sejumlah perusahaan properti di Tiongkok yang sedang berusaha mengubah utangnya.
Berdasarkan proposal tersebut, Shimao bermaksud untuk merestrukturisasi seluruh utangnya, yang berjumlah sekitar USD11,7 miliar dalam bentuk surat utang luar negeri, obligasi, dan fasilitas kredit lainnya.
"Proposal baru ini muncul setelah adanya ketidakpuasan di antara beberapa kreditor terhadap persyaratan rencana sebelumnya yang disampaikan pada bulan Desember setelah negosiasi selama 18 bulan," kata sumber kepada Reuters, dilansir
Channel News Asia, Selasa, 26 Maret 2024.
Shimao kini telah menawarkan kepada pemegang obligasi empat opsi, termasuk pembayaran melalui surat utang jangka pendek, surat utang jangka panjang, obligasi konversi wajib tanpa kupon, dan kombinasi tetap dari ketiganya.
Nilai surat utang atau pinjaman jangka pendek kepada kreditor luar negeri tidak akan melebihi USD3 miliar. Sedangkan surat utang atau pinjaman jangka panjang tidak akan melebihi USD4 miliar.
Suntikan pemegang saham pengendali
Miliarder Tiongkok-Australia Hui Wing Mau yang juga sebagai pendiri dan pemegang saham pengendali Shimao melalui perusahaan miliknya telah memberikan pinjaman kepada Shimao serta ke berbagai unit Grup Shimao.
Hui akan menukarkan utang pemegang saham sebesar USD600 juta menjadi obligasi jangka panjang baru dengan jumlah yang sama, dan utang pemegang saham kurang dari USD600 juta menjadi obligasi konversi wajib.
Shimao yang berbasis di Shanghai adalah salah satu dari banyak pengembang Tiongkok yang gagal membayar obligasi luar negeri. Pada Juli 2022, perusahaan tersebut melewatkan pembayaran bunga dan pokok obligasi luar negeri senilai USD1 miliar. Setelah pembayaran yang gagal tersebut, seluruh utang luar negeri senilai USD11,7 miliar mengalami gagal bayar.