Pariwisata Vietnam. Foto: Unsplash.
Ho Chi Minh: Para pemimpin Laos, Vietnam, dan Kamboja, tiga bekas jajahan Prancis di kawasan Indochina, melakukan upaya besar untuk mendorong lebih banyak wisatawan internasional mengunjungi ketiga negara mereka dalam satu perjalanan. Mereka membuat program "Satu perjalanan, tiga tujuan".
Banyak agen perjalanan telah menyelenggarakan apa yang disebut tur tiga negara ini selama beberapa waktu. Mereka mengatakan ketiga negara, yang berbatasan satu sama lain, memiliki kekuatan yang saling melengkapi untuk memberikan pengalaman yang beragam bagi wisatawan, mengingat ketiga negara tersebut menawarkan perpaduan warisan sejarah, budaya, dan alam.
Laos yang terkurung daratan, terkenal dengan suasananya yang tenang dan warisan budayanya yang dinamis. Kamboja memiliki kuil-kuil kuno dan kekayaan spiritual. Vietnam menawarkan perpaduan antara kota-kota yang ramai dan keajaiban alam yang berlatar belakang pedesaan yang tenang dan garis pantai yang panjang.
Masalah persyaratan visa
Para pelaku industri mengatakan permasalahan persyaratan visa masih menjadi salah satu kendala yang harus diatasi agar upaya pariwisata tiga negara ini berhasil.
Mereka menyerukan proses visa yang lebih sederhana saat ketiga negara ini akan menerapkan saling pengakuan visa, standarisasi prosedur permohonan visa, memiliki struktur biaya visa terpadu, dan memanfaatkan database bersama untuk bertukar informasi. Kamboja dan Thailand telah memiliki skema sejak 2012, dengan wisatawan menggunakan satu visa untuk mengunjungi kedua negara.
"Skema visa yang disederhanakan, fleksibel, atau umum adalah impian bagi operator tur seperti kami," kata Pendiri dan Kepala Eksekutif LuxGroup Pham Ha, dilansir Business Times, Jumat, 23 Februari 2024.
Ha mengatakan perjalanan seperti itu populer di kalangan pelanggan Barat dan menyumbang hingga seperempat dari total pemesanan LuxGroup. Ia berharap dapat meningkatkan jumlah ini hingga 40 persen setelah ketiga pemerintah secara resmi memperkenalkan program perjalanan kolaboratif.
Asia Tenggara, dengan populasi sekitar 685 juta jiwa, sangat bergantung pada industri perjalanan dan pariwisata untuk pendapatan dan pertumbuhan. Sektor ini menyumbang 12 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kawasan ini sebelum pandemi covid-19, dengan lebih dari 136,9 juta pengunjung internasional datang pada 2019.
Memberikan manfaat ekonomi
Dosen Senior di The Business School, RMIT University Vietnam Majo George mengatakan upaya bersama di bidang pariwisata tidak hanya menjanjikan manfaat ekonomi namun juga menumbuhkan saling pengertian, melestarikan warisan budaya, dan mempromosikan beragam identitas negara-negara ini di dunia global.
"Hal ini juga meningkatkan profil kolektif mereka di pasar pariwisata global untuk menarik lebih banyak wisatawan," tegas dia.
Sebagai turis India, ia biasa melakukan perjalanan tiga negara seperti itu 10 tahun yang lalu, ketika Vietnam Airlines menawarkan paket perjalanan yang mencakup tiga negara dalam satu perjalanan dengan syarat penumpang menghabiskan setidaknya satu malam di setiap tujuan.
"Fokusnya tidak hanya pada destinasi itu sendiri, namun pada menyatukan komponen-komponen perjalanan menjadi pengalaman yang harmonis dan mudah bagi para wisatawan," tegas dia.
Selain mengatur transportasi dan akomodasi yang terinspirasi budaya, tur berpemandu, dan perjalanan kuliner yang mendalam, Ha mengatakan ada juga kebutuhan untuk mengembangkan konektivitas infrastruktur yang mapan. Hal ini berarti infrastruktur seperti jalan raya, saluran air, jalur kereta api, dan pelabuhan direncanakan, dirancang, dan dipelihara dengan baik untuk memberikan pengalaman yang positif bagi para pelancong.
"Dengan memberikan persyaratan visa yang fleksibel dan meningkatkan infrastruktur, Laos, Kamboja, dan Vietnam menyelaraskan diri dengan model pariwisata sukses yang dibangun oleh raksasa pariwisata terkemuka di kawasan ini, Thailand," kata George.