BPBD Yogyakarta akan Terapkan Hujan Buatan di Gunungkidul

Ilustrasi - Upaya modifikasi cuaca oleh BNPB di Kalimantan Selatan belum berhasil akibat angin. (MI/Rudy)

BPBD Yogyakarta akan Terapkan Hujan Buatan di Gunungkidul

Ahmad Mustaqim • 9 August 2024 09:58

Yogyakarta: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiapkan Kabupaten Gunungkidul jadi titik penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan. Hal ini tak lepas dari wilayah tersebut terdampak kekeringan paling luas. 

"Saat ini yang terbanyak minta dropping air itu kan di (Kabupaten) Gunungkidul. 500 tangki itu yang keluar dari BPBD, namun kalau yang dari kecamatan-kecamatan kami belum bisa mendata," kata Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY Edhy Hartana dihubungi, Jumat, 9 Agustus 2024. 

BPBD Kabupaten Gunungkidul mencatat sebanyak 2.964.000 liter atau 544 tangki air bersih telah didistribusikan selama musim kemarau 2024. Titik kekeringan di Kabupaten Gunungkidul saat ini tersebar di delapan kecamatan. 
 

Baca: Operasi Berakhir, Misi Hujan Buatan di Riau Habiskan 10,4 Ton Garam

Data distribusi bantuan air menunjukkan Kecamatan Panggang paling banyak dipasok bantuan. Diikuti Kecamatan Tepus, Girisubo, dan Saptosari serta Rongkop. Rinciannya, Kecamatan Panggang di-droping 148 tangki, Kecamatan Tepus 140 tangki, Kecamatan Girisubo 108 tangki, Kecamatan Rongkop 52 tangki, Kecamatan Saptosari 52 tangki, Kecamatan Karangmojo 24 tangki, dan Kecamatan Nglipar 20 tangki. 

Edhy mengatakan rencana membuat hujan buatan itu bertujuan mengatasi kekeringan bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), termasuk pendanaan. Menurut dia, sejak status Siaga Darurat Bencana Kekeringan ditetapkan di DIY per 1 Agustus 2024, rencana modifikasi cuaca sudah dalam proses. 

"Kita bekerja sama menggunakan pesawat BNPB terkait dengan modifikasi cuaca. Nanti kita membuat hujan buatan dengan cara menaburkan garam di awan," ujarnya.

Edhy mengatakan waktu pelaksanaan dan berapa jumlah pesawat BNPB yang dilibatkan masih dalam pembahasan. Ia menyatakan langkah modifikasi cuaca tersebut bergantung keberadaan awan dengan kelembapan tinggi di langit lokasi yang dituju. 

"Kita melihat cuaca, atau kondisi juga. Membuat hujan buatan kalau tidak awan kan juga tidak bisa sehingga kita lihat dulu awannya berada di sebelah mana, itu kan harus diperhatikan," ucapnya. 

Sebelumnya, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X telah menetapkan status Siaga Darurat Bencana Kekeringan yang berlaku sejak 1 Agustus hingga 31 Agustus 2024. Status tersebut bisa diperpanjang dengan pertimbangan bencana kekeringan di wilayah itu masih berlanjut bulan berikutnya. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Whisnu M)