Ilustrasi emas. Foto: Unplash
Annisa Ayu Artanti • 2 September 2024 12:55
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) menghadapi tekanan pengaruh data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat.
Pada Jumat lalu, emas sempat diperdagangkan pada kisaran USD2.510 setelah rilis data inflasi AS dalam bentuk Indeks Belanja Konsumsi Pribadi/Personal Consumption Expenditure (PCE) AS untuk Juli.
Menurut Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha, saat ini emas mengindikasikan tren
bearish semakin menguat. Berdasarkan analisis teknikal, proyeksi harga emas untuk hari ini kemungkinan besar akan bergerak turun menuju level USD2.480.
"Indikator
Moving Average yang terbentuk menunjukkan sinyal yang jelas tren
bearish masih mendominasi pasar emas saat ini. Jika tekanan jual terus berlanjut, maka harga berpotensi menyentuh USD2.480," ungkap dia dalam keterangan tertulis, Senin, 2 September 2024.
Namun, Nugraha juga memperingatkan kemungkinan terjadinya rebound jika emas gagal menembus support di level tersebut.
"Jika ada pembalikan arah, kita bisa melihat harga emas kembali naik ke level USD2.512. Ini adalah level resistance kunci yang perlu diperhatikan oleh para trader," ujar dia.
Selain analisis teknikal, sentimen pasar terhadap emas juga dipengaruhi oleh rilis data PCE AS yang dirilis pada Jumat lalu. Data tersebut menunjukkan inflasi tahunan naik sebesar 2,6 persen, sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 2,7 persen.
Meski demikian, data ini tidak cukup kuat untuk mendorong emas menembus level tertinggi barunya di USD2.531 yang dicapai pada Agustus.
"Data PCE ini memang sesuai dengan ekspektasi, namun tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap harga emas. Faktanya, meski data ini menunjukkan inflasi yang relatif terkendali, emas justru tidak mampu mempertahankan kenaikannya di level USD2.531," jelas dia.
Sementara itu, kenaikan tipis indeks dolar AS terhadap mata uang utama lainnya juga menjadi salah satu faktor yang membatasi pergerakan emas.
Pada Jumat, indeks dolar naik ke level 101,79, yang terakhir terlihat pada 20 Agustus. Ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap dolar AS masih cukup kuat, yang secara historis cenderung menekan harga emas.
Ekspektasi kebijakan suku bunga The Fed
Di sisi lain, dia juga menyoroti ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed yang menjadi faktor penting dalam pergerakan harga emas. Saat ini, peluang untuk pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan ini diperkirakan sebesar 33 persen, sementara pemangkasan sebesar 25 basis poin lebih mungkin terjadi dengan peluang 67 persen.
"Perubahan ekspektasi ini menunjukkan pasar masih belum yakin dengan arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Meskipun ada peluang pemangkasan suku bunga, hal ini belum cukup untuk mendorong emas keluar dari tren bearish-nya," ujar Nugraha.
Ia pun menegaskan tren bearish masih mendominasi. Dengan proyeksi penurunan hingga level USD2.480.
Para pedagang perlu berhati-hati dan memantau perkembangan lebih lanjut, terutama dengan adanya potensi rebound yang bisa mendorong harga kembali ke level USD2.512.
"Pergerakan harga emas pada hari ini akan sangat dipengaruhi oleh sentimen pasar global dan data ekonomi yang akan dirilis pada minggu ini," tutur dia.