Meski Tergopoh-gopoh, IHSG Sukses Menguat ke 6.974

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Meski Tergopoh-gopoh, IHSG Sukses Menguat ke 6.974

Husen Miftahudin • 3 October 2023 16:21

Jakarta: Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan hari ini berada di jalur hijau. Berdasarkan pemantauan, IHSG di perdagangan hari ini bergerak fluktuatif.

Mengutip laman RTI, Selasa, 3 Oktober 2023, IHSG ditutup di posisi 6.974 atau naik 13,40 poin, setara 0,19 persen.

Saat bel pembukaan perdagangan, IHSG bertengger di posisi 6.961. Gerak indeks sempat menyentuh level tertinggi di posisi 6.992 dan level terendahnya di 6.946.

Adapun volume perdagangan hari ini tercatat sebanyak 18,91 miliar lembar saham senilai Rp9,02 triliun. Sebanyak 195 saham menguat, 315 saham melemah, dan 233 saham stagnan.
 

Dipengaruhi tiga sentimen


Sebelumnya, potensi pasar saham Indonesia pada pekan ini akan bergerak di zona konsolidasi. Pergerakan IHSG pada minggu ini akan dipengaruhi oleh tiga sentimen.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani memprediksi pergerakan IHSG pada pekan ini akan bergerak di level support 6.925 dan resistance 7.000.

"Tiga sentimen utamanya yang wajib diperhatikan para trader, yakni resolusi anggaran AS, inflasi tahunan Indonesia, dan data ketenagakerjaan AS," kata Dimas.

Terkait resolusi anggaran AS, ia menjelaskan, pada minggu kemarin pasar menghadapi sentimen yang membuat pergerakan sangat volatil yaitu potensi government shutdown yang disebabkan pendanaan kepada pemerintah AS hingga akhir tahun fiskal ini.

"Meskipun pada Rabu kemarin para anggota parlemen sudah menunjukkan kemajuan, namun kepastian apakah pemerintah AS akan tetap mendapatkan pendanaan baru akan ditentukan awal pekan ini."

Baca juga: Bensin dan Beras Picu Naiknya Inflasi September 2023

"Menurut Moody's, apabila terjadi shutdown akan menjadi peristiwa yang negatif bagi AS dan global dan apabila terjadi shutdown, maka AS berpotensi mengalami shutdown yang keempat kalinya dalam satu dekade terakhir," tambah dia.
 
Sementara itu terkait sentimen inflasi tahunan Indonesia, tingkat inflasi tahunan Indonesia untuk September turun di level 2,28 persen dibandingkan pada Agustus yaitu 3,27 persen.
 
"Dampak kenaikan harga minyak mentah baru akan tercermin pada tingkat inflasi di Oktober, tepat 1 Oktober ini pemerintah kembali menaikkan harga bensin nonsubsidi. Namun begitu, tingkat inflasi saat ini sudah sesuai dengan target pemerintah yaitu tiga persen plus minus satu," tutur dia.

Adapun sentimen data ketenagakerjaan AS, terang Dimas, dalam tiga bulan terakhir data ketenagakerjaan AS (Non-Farming Payroll) mencatatkan angka di bawah ambang batas yang ditetapkan yaitu 200 ribu. Hal ini mengindikasikan pelonggaran bertahap kondisi tenaga kerja AS yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga The Fed.

"Pada September, non-farm payroll diperkirakan akan mencatatkan angka sebesar 163 ribu. Jika konsensus ini sesuai maka angka ini turun dari bulan sebelumnya yang berada di angka 187 ribu dan diharapkan mampu membuat target inflasi AS segera tercapai," ucap dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Husen Miftahudin)