Sejumlah ulama berkumpul di dekat gedung kedutaan besar Swedia di Baghdad, Irak, 30 Juni 2023. (EPA-EFE/AHMED JALIL)
Willy Haryono • 22 July 2023 14:50
Baghdad: Ribuan orang di sejumlah negara mayoritas Muslim turun ke jalan raya pada Jumat, 21 Juli, dalam mengungkapkan kemarahan mereka atas aksi penodaan kitab suci Al-Qur'an di Swedia. Aksi massa ini dilakukan satu hari usai adanya sekelompok pengunjuk rasa yang menyerbu kedutaan besar Swedia di Irak.
Dikutip dari laman AFP, Sabtu, 22 Juli 2023, unjuk rasa terbaru di ketiga negara tersebut berlangsung usai Salat Jumat. Secara umum, jalannya aksi berlangsung terkendali dan damai, berbeda dari satu hari sebelumnya di Bagdad. Kala itu, para demonstran menduduki kompleks kedubes Swedia selama beberapa jam dan menyalakan api kecil.
Staf kedubes Swedia di Irak telah dievakuasi sebelum terjadinya penyerbuan. Kantor berita Swedia, TT, melaporkan bahwa para staf telah dipindahkan ke Stockholm atas alasan keamanan.
Di bawah panas terik matahari pada Jumat kemarin, ribuan orang berkumpul di kota Sadr Baghdad, markas besar ulama Syiah berpengaruh dan pemimpin politik Muqtada al-Sadr. Mereka membawa Al-Qur'an, membakar bendera Swedia dan bendera pelangi LGBTQ sembari meneriakkan, "Ya, ya untuk Alquran, tidak, tidak untuk Israel."
Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani telah meminta pengunjuk rasa dan pasukan keamanan untuk memastikan demonstrasi tetap berjalan damai.
Di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, ribuan orang berkumpul dalam aksi protes yang diserukan milisi Hizbullah. Mereka juga membawa salinan kitab suci Al-Qur'an dan meneriakkan yel-yel, "dengan darah kami, kami melindungi Al-Qur'an." Beberapa pedemo membakar bendera Swedia.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam pidato video pada Kamis malam kemarin meminta umat Islam untuk menuntut pemerintah mereka mengusir duta besar Swedia. Irak memutuskan hubungan diplomatik dengan Swedia pada hari itu juga.
"Saya mengundang saudara dan saudari di semua lingkungan dan desa untuk datang ke masjid, membawa Al-Qur'an dan duduk di dalamnya. Saya juga menyerukan negara untuk mengambil sikap terhadap Swedia," kata Nasrallah dalam pidatonya.
Di Iran, ribuan orang berbaris di Teheran dan kota-kota lain di seluruh negeri. Aksi ini disiarkan di televisi pemerintah. Di ibu kota, pengunjuk rasa berkumpul di pusat kota sembari berteriak: "Matilah Swedia yang telah menjadi Amerika! Kematian bagi Israel! Kematian bagi musuh pemimpin tertinggi!"
Pengunjuk rasa mahasiswa melempari gedung Kedubes Swedia di Teheran dengan telur, dan mereka menuntut pengusiran dubesnya.
"Al-Qur'an berbicara kepada manusia sepanjang waktu, dan suaranya tidak akan pernah berhenti," kata seorang demonstran bernama Fatemeh Jafari.
"Mereka tidak akan pernah bisa menghancurkan Al-Qur'an! Bahkan jika mereka membakarnya, kami akan mendukungnya!" sambungnya.
Demonstrasi di sejumlah negara terjadi lagi setelah kepolisian Swedia mengizinkan aksi penodaan Al-Qur'an pada Kamis lalu, di mana seorang warga Irak yang tinggal di Stockholm - sekarang menyebut dirinya ateis - mengancam akan membakar salinan Al-Qur'an.
Pada akhirnya, pria itu hanya menendang dan menginjak Al-Qur'an di luar Kedutaan Besar Irak. Ia memberikan perlakuan serupa pada bendera Irak dan foto Sadr serta pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Hak untuk mengadakan demonstrasi publik dilindungi konstitusi di Swedia, dan undang-undang penodaan agama ditinggalkan pada tahun 1970-an. Polisi umumnya memberikan izin berdasarkan keyakinan bahwa pertemuan publik dapat diadakan tanpa adanya risiko gangguan atau keselamatan dalam skala besar.
Baca juga: Salwan Momika Kembali Hina Al-Qur'an, Irak Usir Dubes Swedia