Ilustrasi--Ratusan nisan yang ditenggelamkan pada 1978 muncul kembali akibat volume air Waduk Gajah Mungkur menyusut. (MI/Widjajadi)
Media Indonesia • 11 September 2023 21:59
Wonogiri: Sergapan El Nino pada musim kemarau tahun ini telah mempercepat penyusutan air Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri, Jawa Tengah.
Indikasi penyusutan bisa dilihat dari menyembulnya kembali kuburan atau makam di area waduk seluas 8.800 hektare yang pada saat pembuatannya menenggelamkan 51 desa di tujuh kecamatan.
Seperti di kawasan Desa Jaban, Kecamatan Wuryantoro, yang sebagian lingkungannya ikut menjadi bagian area waduk terbesar di Asia Tenggara itu, memunculkan pemandangan sejumlah makam yang naik ke permukaan.
"Ya itu seperti fenomena tahunan. Ketika musim kemarau panjang terjadi, air waduk menjadi susut, dan bekas bangunan dan makam muncul lagi ke permukaan," terang Camat Wuryantoro, Sumardjobo Fadjari, Senin, 11 September 2023.
Puluhan nisan yang terlihat, banyak yang rusak, ada yang tinggal separuh, namun ada juga yang masih utuh meski lama ditenggelamkan air waduk yang meninggi selama musim penghujan hingga awal Agustus.
Di antara nisan yang menyembul itu ada yang tulisannya masih membekas jelas, menggunakan aksara jawa. Beberapa di antaranya juga masih terlihat angka tahun di nisan tersebut.
Menurut warga di lingkungan Desa Jaban yang tinggal tidak jauh dari sabuk hijau WGM, bahwa keberadaan makam itu dulu merupakan bagian terdekat pemukiman desa.
"Ya beginilah keadaan waduk ketika air susut banyak di musim kemarau. Dulu merupakan pemukiman yang ada makam, dan ikut tergusur, lalu banyak yang ikut transmigrasi ke Sumatra atau Kalimantan," kata Wiryono, 60, warga Jaban.
Sejak Agustus, sejumlah area yang tadinya tenggelam oleh air WGM, mulai tampak ke permukaan, salah satunya kompleks makam dekat Desa Jaban. Selama lebih sebulan menyembul, tidak ada orang yang datang untuk berziarah.
Namun yang jelas, seiring dengan menyusutnya air waduk, banyak warga yang memanfaatkan daratan sebagai lahan pertanian.
"Area di sekitar lokasi itu juga dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam. Dari pengalaman, air melimpah dan menutup area yang menjadi daratan berlangsung empat bulanan. Ya cukup untuk tanam padi di musim kemarau, air tinggal mengalirkan," timpal Waljono, warga Desa Jaban lainnya.