Kejatuhan Sara Duterte: Dari Kemenangan Besar hingga Ancaman Pemakzulan

Wapres Filipina Sara Duterte hadapi ancaman pemakzulan. Foto: EFE-EPA

Kejatuhan Sara Duterte: Dari Kemenangan Besar hingga Ancaman Pemakzulan

Fajar Nugraha • 7 February 2025 15:45

Manila: Hanya dalam waktu kurang dari tiga tahun, Wakil Presiden Filipina Sara Duterte mengalami perubahan drastis dalam karier politiknya. Dari kemenangan telak dalam pemilu 2022 bersama Ferdinand Marcos Jr., kini ia menghadapi ancaman pemakzulan di Senat.

Sara Duterte pun dituduh melakukan korupsi, menyembunyikan kekayaan, serta merencanakan pembunuhan terhadap Presiden Marcos dan keluarganya. 

Bagaimana perjalanan politiknya hingga sampai ke titik ini?

Latar belakang Sara Duterte

Sara Duterte, 46 tahun, adalah seorang pengacara dan ibu tiga anak yang dikenal dengan gaya hidupnya yang tegas, bertato, dan gemar mengendarai motor. Sebagai putri sulung mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, ia telah lama dikenal di dunia politik, terutama di Davao, kampung halamannya.

Namanya mulai mendapat perhatian nasional pada 2011 ketika ia menjabat sebagai wali kota Davao. Saat itu, ia tertangkap kamera memukul seorang petugas pengadilan yang tetap menjalankan perintah pembongkaran pemukiman kumuh, meskipun ia telah meminta penundaan. Insiden ini memperkuat citranya sebagai politisi yang berpihak kepada rakyat miskin, segmen pemilih terbesar di Filipina.

Menjelang akhir masa jabatan ayahnya sebagai presiden, popularitas Sara melonjak, menjadikannya kandidat terkuat dalam pemilu presiden Mei 2022. Namun, di saat-saat terakhir, ia membuat keputusan mengejutkan dengan mundur dari pencalonan presiden dan memilih menjadi calon wakil presiden mendampingi Ferdinand Marcos Jr.

Mengapa Sara Duterte Dimakzulkan?

Melansir dari Malay Mail, Jumat 7 februari 2025, Pada Rabu 5 Februari 2025, sebanyak 215 dari 306 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Filipina menyetujui pemakzulan Sara Duterte. Ia didakwa atas berbagai tuduhan, termasuk:
  • Melanggar konstitusi,
  • Mengkhianati kepercayaan publik,
  • Terlibat dalam korupsi dan penyalahgunaan anggaran,
  • Menyembunyikan kekayaan yang tidak dapat dijelaskan asal-usulnya,
  • Terlibat dalam pembunuhan pengguna narkoba saat menjabat sebagai wali kota Davao,
  • Merencanakan pembunuhan Presiden Marcos dan keluarganya.
Meskipun Marcos secara terbuka menyatakan tidak mendukung gerakan pemakzulan ini, sepupunya, Ketua DPR Martin Romualdez, adalah tokoh utama yang mengelola proses pemakzulan di parlemen.

Duterte sebelumnya juga telah menjadi subjek penyelidikan DPR atas dugaan penyalahgunaan anggaran. Pada Desember 2023, tiga pengaduan terpisah diajukan terhadapnya.


Pecahnya aliansi dengan Klan Marcos

Sejak awal, hubungan antara Duterte dan Marcos mulai menunjukkan keretakan setelah kemenangan mereka dalam pemilu 2022.

Sara Duterte sempat secara terbuka meminta jabatan Menteri Pertahanan, tetapi Marcos menolaknya dan justru menempatkannya sebagai Menteri Pendidikan. Hal ini menjadi pukulan bagi Duterte, yang menginginkan posisi lebih strategis dalam pemerintahan.

Pada Juni 2024, ia akhirnya mengundurkan diri dari kabinet setelah disorot karena dugaan penyalahgunaan anggaran. Ketegangan antara kedua kubu semakin memuncak ketika mantan Presiden Rodrigo Duterte menyebut Marcos sebagai "pecandu narkoba" dan menyerukan agar militer serta polisi mengambil alih pemerintahan.

Dalam sebuah konferensi pers penuh kemarahan, Sara Duterte mengklaim dirinya menjadi target upaya pembunuhan. Ia bahkan menyatakan telah memerintahkan pembunuhan Presiden Marcos, Ibu Negara Liza Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez jika dirinya terlebih dahulu dibunuh. Pernyataan ini semakin memperkeruh situasi politik dan mempercepat proses pemakzulan.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Proses pemakzulan kini akan berlanjut ke Senat, di mana 24 senator akan membentuk pengadilan pemakzulan untuk menentukan nasib Duterte. Setidaknya 16 suara diperlukan untuk menyatakan Duterte bersalah atas salah satu tuduhan, yang akan berujung pada pencopotan dirinya dari jabatan dan larangan memegang posisi publik di masa depan.

Meskipun putusan Senat tidak akan membuatnya langsung ditangkap, Duterte masih dapat menghadapi tuntutan hukum lainnya di pengadilan biasa jika terbukti melakukan kejahatan.

Dalam sejarah Filipina, hanya empat pejabat tinggi yang pernah dimakzulkan, dan hanya satu yang dihukum: mantan Ketua Mahkamah Agung Renato Corona pada tahun 2012. Proses persidangan saat itu berlangsung selama lima bulan.

Masihkah Sara Duterte punya masa depan politik?

Meskipun sedang menghadapi badai politik, Duterte belum menyerah. Dua hari sebelum pemungutan suara di DPR, ia menyatakan kepada media lokal bahwa dirinya masih mempertimbangkan untuk maju dalam pemilihan presiden 2028.

Ia juga masih mendapat dukungan dari Iglesia ni Cristo (INC), sekte keagamaan yang memiliki pengaruh besar di politik Filipina. Bulan lalu, INC bahkan menggelar unjuk rasa besar-besaran menentang pemakzulan Duterte.

Namun, menurut Jean Franco, asisten profesor ilmu politik di Universitas Filipina, popularitas Duterte telah menurun akibat penyelidikan DPR yang membuka banyak tuduhan terhadapnya.

Sebuah survei independen pada Desember 2023 menunjukkan bahwa 41 persen warga Filipina mendukung pemakzulan Duterte, sementara 35 persen menolak, dan 19 persen masih ragu-ragu.

Apakah Sara Duterte mampu bertahan dari krisis politik ini? Ataukah ini akan menjadi akhir dari karier politiknya? Jawabannya kini bergantung pada putusan Senat dan opini publik Filipina.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)