Tokoh konservatif Jerman Friedrich Merz. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 17 February 2025 12:36
Munich: Pemimpin konservatif mengecam dukungan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance terhadap partai AfD sayap kanan. Dia mengatakan, tidak akan membiarkan Wakil Presiden AS itu menentukan dengan siapa dirinya harus berbicara di Jerman.
Calon utama kanselir Jerman Friedrich Merz pada Minggu 16 Februari 2025 mengecam keras Wakil Presiden AS JD Vance karena menyatakan dukungannya terhadap partai AfD sayap kanan menjelang pemilihan parlemen 23 Februari.
Selama debat calon kanselir yang panas di TV, pemimpin oposisi Friedrich Merz menegaskan kembali bahwa Partai Demokrat Kristen (CDU/CSU) tidak akan bekerja sama atau mengadakan pembicaraan koalisi dengan AfD setelah pemilu.
"Saya tidak akan membiarkan Wakil Presiden AS memberi tahu saya dengan siapa saya harus berbicara di Jerman. Saya menerima hasil pemilu AS yang diadakan pada 8 November tahun lalu, dan saya berharap pemerintah Amerika melakukan hal yang sama sebagai balasannya," kata Merz, seperti dikutip Anadolu, Senin 17 Februari 2025.
Wakil Presiden AS JD Vance memicu kontroversi pada Jumat ketika dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich, ia mengkritik pemerintah dan partai politik Eropa karena mengambil sikap menentang partai populis sayap kanan, mengecualikan mereka dari proses politik.
Setelah pidatonya, Vance bertemu dengan Ketua Bersama AfD (Alternatif untuk Jerman) Alice Weidel di Munich, yang menunjukkan dukungan hanya seminggu sebelum pemilihan parlemen Jerman pada 23 Februari, yang merupakan pelanggaran norma diplomatik.
Penyelenggara konferensi tidak mengundang Weidel karena posisi anti-demokrasi partainya.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan aliansi CDU/CSU sayap kanan-tengah Merz unggul dengan 30 persen, meskipun tidak dapat mengamankan mayoritas langsung di parlemen. Analis memperkirakan ia akan mencari koalisi dengan sayap kiri-tengah Partai Sosial Demokrat (SPD) atau Partai Hijau akan membentuk pemerintahan.
SPD pimpinan Kanselir Scholz saat ini berada di angka 16 persen, dengan Partai Hijau di angka 14 persen. Partai Alternatif untuk Jerman (AfD) yang berhaluan kanan ekstrem diposisikan untuk menjadi partai terbesar kedua di parlemen dengan 20 persen.
Akan tetapi, AfD tampaknya tidak mungkin menjadi bagian dari pemerintahan koalisi mana pun, karena semua partai lain telah menolak bekerja sama dengan kelompok sayap kanan ekstrem tersebut.