Mahasiswa Palestina yang kuliah di Universitas Pertahanan. Foto: Screengrab RT
Fajar Nugraha • 21 February 2025 21:57
Bogor: Sejak Prabowo Subianto menjabat sebagai Menteri Pertahanan, ia menggagas program beasiswa yang memungkinkan mahasiswa Palestina untuk belajar di Universitas Pertahanan Indonesia.
Kini setelah Prabowo menjabat sebagai Presiden, program tersebut pun masih berlanjut. Program ini memperkuat peran Indonesia dalam menyediakan kesempatan pendidikan bagi mereka yang terdampak konflik.
Program beasiswa yang dimulai pada tahun 2023 ini membuka pintu kesempatan bagi 22 mahasiswa Palestina setiap tahunnya untuk menempuh pendidikan sarjana dengan pendanaan penuh di berbagai bidang studi. Bidang yang paling diminati adalah kedokteran, farmasi, dan teknik.
Saat ini, ada 44 mahasiswa Palestina yang belajar di bawah program ini, yang lebih banyak membahas tentang diplomasi daripada pendidikan.
Rektor Universitas Pertahanan Indonesia Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jonni Mahroza mengungkapkan alasan mengapa kampus ini menerima anak-anak dari Palestina.
““Apa yang terjadi di Palestina saat ini menjadi perhatian khusus pemerintah Indonesia, pemerintah Indonesia secara historis sangat konsisten dengan dukungan Indonesia terhadap perjuangan Palestina. Maka keberadaan Universitas Pertahanan ini dipandang oleh Presiden sebagai salah satu potensi bagaimana kita dapat membantu rakyat Palestina, khususnya untuk mempersiapkan masa depan Palestina dari segi sumber daya manusia,” ujar Jonni Mahrozi saat diwawancara oleh Russia Today.
Nasser Ajarmeh, mahasiswa Palestina di Universitas Pertahanan. Foto: RT
Nasser Ajarmeh, mahasiswa asal Hebron, Tepi Barat, merupakan salah satu yang beruntung memperoleh beasiswa penuh. Setelah menyelesaikan kelas Bahasa Indonesia selama 10 bulan, ia tidak hanya percaya diri dengan Bahasa Indonesianya, tetapi juga bersemangat untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter.
“Ini cita-cita saya sejak kecil. Ya, untuk membantu orang, terutama ibu saya. Beliau punya penyakit asma. Saya ingin menjadi dokter, dokter spesialis paru-paru,” sebut Jameh.
Cita-cita yang sama juga berkobar dalam diri Jihan Mohammad, mahasiswa asal Hebron lainnya yang memilih untuk belajar farmasi selama 5 tahun ke depan.
“Karena saat saya kembali ke Palestina, saya ingin membantu negara saya karena negara saya sedang menghadapi perang saat ini. Ada banyak orang yang membutuhkan bantuan,” kata Jihan kepada RT.
Mereka mengakui bahwa kendala bahasa adalah tantangan terberat. Namun, teman sekelas dan dosen mereka telah bersatu sebagai lingkungan belajar yang mendukung.
“Teman-teman dan dosen saya menjelaskan dengan bahasa formal dan dengan tempo yang lebih lambat. Karena kami belum fasih berbahasa Indonesia. Dan jika ada hal yang tidak saya mengerti, saya akan meminta seseorang untuk menjelaskannya kepada saya,” ungkap Jihan.
Semangat yang sama yang ditransfer oleh sekolah, untuk membantu transisi ke lingkungan akademis yang tenang menjadi pengalaman yang mendalam bagi para mahasiswa.
Rektor Universitas Pertahanan Jonni Mahroza. Foto: RT
Sementara Rektor Unhan Jonni Mahroza menambahkan bahwa, “Menurut saya dosen juga menyadari adanya kendala dengan mahasiswa yang belum 100?sih berbahasa Indonesia, sehingga perlu perhatian khusus. Jadi dari cara mengajar, cara berdiskusi juga menggunakan bahasa yang lebih pelan, sehingga penjelasan kepada mahasiswa bisa lebih jelas. Namun sejauh ini menurut saya tidak banyak kendala. Dosen juga bisa mengerti dan tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah pribadi.”
“Mahasiswa-mahasiswa ini bersyukur atas kesempatan untuk mengejar mimpi mereka di tengah situasi di kampung halaman. Dan pendukung terbesar mereka? Keluarga mereka,” imbuh Jonni.
“Menurut saya dosen juga menyadari adanya kendala dengan mahasiswa yang belum 100?sih berbahasa Indonesia, sehingga perlu perhatian khusus. Jadi dari cara mengajar, cara berdiskusi juga menggunakan bahasa yang lebih pelan, sehingga penjelasan kepada mahasiswa bisa lebih jelas. Namun sejauh ini menurut saya tidak banyak kendala. Dosen juga bisa mengerti dan tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah pribadi.”