Gedung Antam. Foto: dok Antam.
Husen Miftahudin • 29 September 2025 17:02
Jakarta: Komisi VI DPR RI mengapresiasi kinerja positif PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam pada semester I-2025 yang mencatatkan pertumbuhan keuangan dan operasional signifikan seiring penguatan program hilirisasi.
Direktur Utama Antam Achmad Ardianto menyebut pendapatan konsolidasian perseroan hingga Juni 2025 telah mencapai sekitar Rp60 triliun atau mendekati capaian penuh 2024 yang sebesar Rp70 triliun.
"Laba bersih sampai Juni tercatat Rp1,4 triliun, sementara total aset naik menjadi Rp48 triliun dan ekuitas Rp33,7 triliun. Harapan kami perbaikan fundamental bisnis ini terus berlanjut agar capaian ini benar-benar sustainable," kata Ardianto dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin, 29 September 2025.
Ia menjelaskan Antam menjaga momentum pertumbuhan dengan fokus pada hilirisasi tiga komoditas utama yaitu nikel, emas, dan bauksit. Untuk nikel, Antam membangun industri hilir stainless steel dan baterai kendaraan listrik agar Indonesia tidak hanya menjadi pemasok bahan baku tetapi juga menjadi pusat produksi global.
Perseroan kini mengembangkan proyek ekosistem baterai kendaraan listrik senilai hampir USD6 miliar di Halmahera Timur dan Karawang bersama CATL, mulai dari tambang nikel, pabrik HPAL, produksi nickel powder hingga baterai cell dan fasilitas daur ulang baterai bekas.
"Ini mimpi besar bangsa kita agar dari pembuatan baterai sampai pembangunan mobil listrik bisa dilakukan di Indonesia bahkan recycling baterainya. Kami ingin membentuk loop tertutup ekosistem mobil listrik nasional," terang Ardianto.
Untuk emas, Antam memperkuat merek Logam Mulia yang menguasai 78 persen pasar emas ritel nasional dengan mengamankan pasokan melalui buyback emas masyarakat, pembelian emas perusahaan tambang lokal, hingga kontrak pasokan emas murni Freeport sejak April 2025.
"Tidak benar kalau Antam mengekspor emas ke Singapura. Antam tidak pernah ekspor emas. Yang ada adalah impor emas terpaksa karena kebutuhan masyarakat besar sementara pasokan domestik terbatas," tegas dia.
Ia menambahkan pembangunan minting factory di Surabaya akan menambah kapasitas pencetakan hingga 30 ton per tahun sehingga totalnya bisa mencapai 70 ton per tahun.
Baca juga: Inalum Buka Peluang Investasi Global Demi Pecut Hilirisasi Aluminium di Indonesia |