Kinerja Semester I-2025, Astra Optimistis Hadapi Tantangan dengan Strategi EV, Infrastruktur, dan Investasi Baru

Meski menghadapi tantangan, PT Astra International Tbk tetap optimistis meraih pencapaian positif melalui strategi-strategi yang dipersiapkan di beberapa lini bisnis mereka ke depannya (Foto:Dok.Astra International)

Kinerja Semester I-2025, Astra Optimistis Hadapi Tantangan dengan Strategi EV, Infrastruktur, dan Investasi Baru

Patrick Pinaria • 27 August 2025 17:00

Jakarta: PT Astra International Tbk memaparkan kinerja perseroan pada semester I-2025. Meski menghadapi sejumlah tantangan cukup kuat, perseroan tetap optimistis meraih pencapaian positif melalui strategi-strategi yang dipersiapkan di beberapa lini bisnis mereka ke depannya.
 
Pemaparan kinerja semester I-2025 ini disampaikan Astra melalui konferensi pers virtual Public Expose yang digelar pada Rabu, 27 Agustus 2025. Pada kesempatan tersebut, jajaran direksi Astra menyampaikan capaian, tantangan, serta strategi perusahaan menghadapi dinamika ekonomi global maupun nasional.
 
Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro menjelaskan kinerja perseroan tertekan pada paruh pertama 2025 akibat harga komoditas yang stagnan dan melemahnya pasar mobil nasional. Meski demikian, Djony tetap optimistis kinerja Astra tetap lebih baik dibandingkan dengan kompetitor.
 
"Untuk tahun 2026, masih terlalu dini bagi kami menyampaikan proyeksi kuantitatif. Namun, kami berharap kondisi ekonomi global, daya beli masyarakat, serta pasar otomotif nasional dapat membai," kata Djony.
 
Lebih lanjut, Djony memastikan Astra akan tetap fokus memperkuat lini bisnis inti, melakukan akuisisi strategis, serta mengembangkan investasi baru yang relevan bagi pertumbuhan jangka panjang.
 
"Tetapi perlu saya sampaikan bahwa kami tetap konsisten di dalam beberapa hal yang sifatnya strategis. Yang pertama adalah kami tetap melakukan secara konsisten, serius, secara terus-menerus memperkuat lini bisnis inti kami. Kami lakukan optimalisasi dari berbagai aspek operasional sehingga bisa memberikan value creation yang lebih baik. Karena bisnis inti yang kami miliki hari ini tentunya sangat penting bagi kami. Sebagai platform untuk kami berkembang lebih jauh," kata Djony.
 
Kedua, investasi atau akusisi jika ada peluang yang berkaitan dengan bisnis inti untuk semakin memperkuat satu value chain atau ekosistem di bisnis inti Astra. Ketiga adalah investasi di area-area baru yang sangat diperlukan bagi Astra untuk bertumbuh kembang lebih jauh pada masa mendatang.
 

Baca juga: 

Petani hingga Inovator Muda Raih Penghargaan Svarna Bhumi Award 2025


 

Strategi Hadapi Persaingan EV

 
Pada kesempatan yang sama, Astra juga mengungkapkan strategi mereka dalam menghadapi persaingan di industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Terkait persaingan hal tersebut, Direktur Astra Henry Tanoto menegaskan persaingan justru membawa dampak positif bagi konsumen dan industri otomotif.
 
Salah satu strategi Astra dalam menghadapi persaingan EV ini, menurut Henry, yakni ketersediaan produk lengkap seperti kendaraan bermesin pembakaran internal (ICE), hybrid, plug-in hybrid, hingga battery electric vehicle (BEV).
 
Pada ajang GIIAS 2025, Astra memperkenalkan dua model BEV baru, yakni Toyota bZ4X produksi lokal dan Urban Cruiser BEV, yang diharapkan meluncur tahun ini. Selain itu, Astra juga menghadirkan opsi hybrid lebih terjangkau seperti Rocky Hybrid dengan harga di bawah Rp300 juta, melengkapi jajaran Innova Zenix Hybrid dan Yaris Cross Hybrid.
 
Astra juga melihat kebutuhan masyarakat Indonesia sangat beragam. Di kota besar dengan infrastruktur pengisian daya lebih siap, permintaan BEV tumbuh lebih cepat. Namun di wilayah kota kecil hingga pedesaan, kendaraan hybrid maupun ICE masih lebih relevan karena daya beli, infrastruktur, dan kebiasaan konsumen.
 
Selain produk, Astra menekankan layanan sebagai diferensiasi. Jaringan distribusi luas dari Sumatra hingga Papua, fasilitas pembiayaan dan asuransi, hingga layanan purna jual dan trade-in menjadi kekuatan utama. Ekosistem inilah yang menjaga nilai jual kembali kendaraan Astra tetap stabil di pasar.
 
"Kami memiliki jaringan distribusi dari Sumatra hingga Papua, ekosistem pembiayaan, hingga after sales yang kuat. Dengan itu, resale value produk Astra selalu terjaga," ujar Henry.
 
Henry optimistis strategi tersebut membuat Astra tetap kompetitif di tengah transisi energi otomotif.
 
"Jadi melihat ini ke depannya kita juga sangat yakin bahwa kita akan mampu menyelaraskan portfolio produk dan layanan kita sesuai dengan perubahan yang terjadi di masyarakat terhadap kebutuhan mobilitas mereka. Dan kita juga confident, yakin bahwa kita bisa beradaptasi dengan cepat dan tumbuh di tengah transisi energi di dalam industri otomotif ini. Sehingga akhirnya kita harapkan kita bisa terus menjadi pilihan utama dari konsumen di Indonesia," katanya.
 
Baca juga: 

Astra Tetapkan Dividen Final Senilai Rp16,44 Triliun


 

Fokus Investasi Baru

 
Sementara itu, Wakil Presiden Direktur Astra, Rudy, menyoroti arah bisnis perseroan yang tidak hanya memperkuat tujuh lini inti, tetapi juga fokus pada tiga sektor potensial, yakni infrastruktur, kesehatan, dan mineral. Menurutnya, infrastruktur logistik termasuk pergudangan modern, jalan tol, dan data center menjadi salah satu prioritas investasi jangka panjang Astra.
 
"Jadi infrastruktur ini mencakup infrastruktur logistik, jadi seperti modern logistik warehouse atau gudang modern, jalan tol, dan infrastruktur digital yang mencakup data center," tutur Rudy.
 
Dalam paparan yang sama, Astra juga memaparkan strategi bisnis mereka melalui United Tractors. Direktur Astra Frans Kesuma menegaskan bahwa United Tractors (UT) telah melakukan diversifikasi ke sektor non-batubara, khususnya emas dan nikel.
 
"Jadi seperti yang sering disampaikan bahwa United Tractors berfokus pada mineral dan kita juga sama-sama paham saat ini ada dua mineral, yaitu emas dan nikel. Di mana emas itu ada dua perusahaan juga dan nikel juga mengakuisisi dua perusahaan. Yang pertama, 20 persen, yang kedua, 90 persen. Itu yang saat ini sudah ada di portfolio United Tractors. Memang ke depan kami masih mencari komoditas lain. Misalnya baga, kita tahu Copper and Gold itu biasanya menjadi satu, tetap menjadi fokus. Sementara untuk mineral-mineral yang lain sedang dalam studi. Karena kita mesti lihat juga bagaimana industrinya sendiri, terutama untuk ke depan," ujar Frans.
 
Frans juga memastikan Astra saat ini mempersiapkan untuk mempelajari dari sisi teknikal bagaimana memproses mineral-mineral tersebut.
 
"Kalau di Indonesia kita tahu selain nikel dan emas, hanya ada sedikit bauksit itu pun juga terkonsentrasi di beberapa area. Jadi kalau dibilang progres sampai saat ini itu ada dua komoditas, yaitu emas dan nikel. Sementara yang lain sedang dalam menjajakan untuk mencari di sektor-sektor atau di komoditas yang berbeda dibandingkan dengan emas dan nikel," katanya.
 

Realisasi Belanja Modal

 
Rudy juga menyampaikan realisasi belanja modal (capital expenditure/Capex) Astra hingga semester I-2025 mencapai Rp8,8 triliun, terutama untuk pembelian alat berat di sektor pertambangan, peremajaan perkebunan, hingga pengembangan cabang otomotif. Adapun investasi hingga paruh pertama tahun ini tercatat Rp3,3 triliun, sebagian besar dialokasikan untuk logistik modern dan sektor kesehatan.
 
"Di samping bicara belanja modal, kita bicara investasi. Jadi realisasi investasi kami sampai dengan semester pertama 2025 itu mencapai 3,3 triliun. Ini terutama untuk aset bidang logistik modern dan juga sektor kesehatan. Rasanya masih ada beberapa proyek dalam pipeline kami saat ini yang akan kami realisasikan di semester 2-2025," kata Rudy.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Rosa Anggreati)