Sosok Mark Carney, Eks Bankir yang Terpilih Jadi PM Baru Kanada

Mark Carney akan menggantikan Justin Trudeau sebagai PM Kanada. (EPA-EFE/JALAL MORCHIDI)

Sosok Mark Carney, Eks Bankir yang Terpilih Jadi PM Baru Kanada

Willy Haryono • 10 March 2025 10:39

Ottawa : Kanada telah menetapkan pemimpin barunya. Mark Carney resmi terpilih sebagai Ketua Partai Liberal, menggantikan Justin Trudeau di tengah ketegangan politik dan ancaman perang dagang dengan Amerika Serikat.

Sebagai seorang ekonom dan mantan bankir sentral, Carney akan segera dilantik sebagai perdana menteri dalam beberapa hari ke depan.

Langkah ini menjadi debut politiknya di panggung nasional, tepat saat pemilu federal semakin dekat. Carney mengambil alih kepemimpinan partai yang selama bertahun-tahun mengalami penurunan dukungan, tetapi kini menunjukkan momentum politik yang baru.

"Saya akan bekerja tanpa lelah dengan satu tujuan, yaitu membangun Kanada yang lebih kuat untuk semua orang," ujar Carney dalam pidato kemenangannya pada Minggu malam, setelah meraih 85,9 persen suara dalam putaran pertama pemilihan ketua partai.

Namun, siapakah sebenarnya Mark Carney? Apa kebijakan yang akan ia usung? Dan mampukah ia mengangkat kembali kejayaan Partai Liberal dalam menghadapi oposisi kuat dari Partai Konservatif?

Latar Belakang Ekonomi dan Karier sebagai Bankir Sentral

Mengutip dari Al Jazeera, Senin, 10 Maret 2025, lahir di Northwest Territories dan dibesarkan di Alberta, Carney memposisikan dirinya sebagai sosok luar dalam politik yang bertekad menavigasi Kanada melewati krisis ekonomi dan ketidakpastian global.

Kanada saat ini sedang menghadapi dampak kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 4 Maret lalu. Ancaman resesi semakin memicu nasionalisme ekonomi dan kebutuhan akan kepemimpinan yang stabil di Ottawa.

Carney menyandang gelar dari Harvard dan Oxford, serta menghabiskan lebih dari satu dekade bekerja di perusahaan investasi Goldman Sachs. Ia juga menjabat sebagai ketua Brookfield Asset Management, di mana ia memimpin inisiatif "transition investing" untuk mendukung investasi yang selaras dengan target iklim global.

Namun, pengalaman perbankan Carney dalam menghadapi krisis menjadi modal utamanya. Pada 2008, saat dunia dilanda krisis keuangan global, ia menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Kanada dan dianggap berhasil meredam dampak resesi terhadap perekonomian negaranya.

Pada 2013, ia pindah ke Inggris untuk memimpin Bank of England hingga 2020, tahun ketika Britania Raya resmi keluar dari Uni Eropa. Di tengah ketidakpastian akibat Brexit, Carney dipuji karena berhasil mengurangi dampak ekonomi yang ditimbulkan.

"Dia adalah bankir sentral yang inovatif dan visioner," ujar Will Hutton, Presiden Academy of Social Sciences Inggris. "Carney memahami bahwa tugas bank sentral adalah memastikan sistem kapitalisme tetap berfungsi dengan baik dan adil."

Minim Pengalaman Politik Tantangan Baru bagi Carney

Meski kredibilitas ekonominya diakui luas, kurangnya pengalaman Carney dalam politik elektoral menjadi perhatian utama. Sebelumnya, ia hanya berperan sebagai penasihat ekonomi bagi Trudeau, yang mengundurkan diri setelah kritik tajam terhadap kebijakan perumahan dan kenaikan biaya hidup.

Carney belum pernah mencalonkan diri dalam pemilu, sehingga ia harus bekerja keras memperkenalkan dirinya kepada publik. "Dia lebih banyak berperan di balik layar sebagai penasihat," ujar Daniel Beland, profesor ilmu politik di Universitas McGill. "Ia adalah seorang teknokrat sejati."

Selama kampanye kepemimpinan Partai Liberal, Carney mengusung janji-janji besar, termasuk mengendalikan pengeluaran pemerintah, meningkatkan investasi di sektor perumahan, mendiversifikasi mitra dagang Kanada, serta menerapkan pembatasan sementara pada imigrasi.

Sebagai mantan Utusan Khusus PBB untuk Aksi Iklim dan Keuangan, ia juga mendorong peran sektor swasta dalam mengatasi krisis iklim dan mewujudkan target nol emisi karbon.

"Saya tahu cara menangani krisis. Saya tahu cara membangun ekonomi yang kuat," katanya dalam debat bulan lalu. "Saya memiliki rencana untuk mengembalikan uang ke kantong masyarakat, membuat perusahaan kita lebih kompetitif, dan menciptakan ekonomi yang bekerja untuk semua orang."

Beland menilai bahwa persaingan di internal Partai Liberal tidak memberikan ujian yang cukup bagi Carney, mengingat lawan utamanya adalah Chrystia Freeland, mantan Menteri Keuangan yang juga sahabat dekatnya. Kedua kandidat jarang saling menyerang dalam debat.

"Itu bukan ujian yang cukup berat bagi seseorang yang belum berpengalaman dalam politik dan harus langsung menghadapi tekanan pemilu," kata Beland, merujuk pada pertarungan sengit yang akan datang melawan pemimpin Partai Konservatif Pierre Poilievre dan pemimpin Bloc Quebecois Yves-Francois Blanchet.

Dukungan Elite atau Sosok Luar?

Upaya Carney membangun citra sebagai outsider politik dipertanyakan oleh sejumlah analis. Pengalamannya di dunia keuangan global dan perannya sebagai penasihat Liberal justru memperkuat kesan bahwa ia merupakan bagian dari elite politik dan ekonomi.

"Dia adalah insider sejati dan bagian dari elite global," ujar analis politik Kanada, David Moscrop. "Namun, dia juga seorang pemikir ekonomi yang dihormati dan ahli kebijakan yang kompeten."

Poilievre dan Partai Konservatif telah memanfaatkan ketidakpuasan publik terhadap kenaikan harga untuk menyerang kebijakan Liberal. Mereka juga berusaha mengaitkan Carney dengan kebijakan kontroversial Trudeau, seperti pajak karbon yang sebelumnya ia dukung tetapi kini berjanji untuk dicabut.

Poilievre bahkan menjulukinya "Carbon Tax Carney" dalam berbagai kampanyenya.

Selain itu, Carney mendapat sorotan atas perannya di Brookfield Asset Management, yang memindahkan kantor pusatnya dari Toronto ke New York. Partai Konservatif menuduh keputusan itu sebagai pengalihan lapangan kerja dari Kanada ke Amerika Serikat.

Menanggapi kritik tersebut, tim kampanye Carney menegaskan bahwa keputusan itu tidak berdampak pada tenaga kerja Kanada dan bahwa ia akan sepenuhnya mematuhi aturan etika jika terpilih sebagai perdana menteri.

Dampak Trump dan Arah Pemilu Kanada

Di tengah ketidakpastian hubungan Kanada-AS akibat kebijakan Trump, isu perdagangan kini menjadi faktor utama dalam pemilu mendatang.

Ketegangan dengan Washington telah meningkatkan dukungan bagi Partai Liberal dalam beberapa pekan terakhir, memperkecil selisih dengan Partai Konservatif yang sebelumnya mencapai 26 poin persentase.

Menurut survei terbaru dari Angus Reid Institute, 43 persen warga Kanada mempercayai Carney dalam menangani hubungan dengan Trump, sementara Poilievre memperoleh 34 persen.

"Di saat krisis seperti ini, masyarakat membutuhkan pemimpin yang serius, dan Carney adalah perwujudan dari keseriusan itu," ujar Beland.

Namun, Moscrop memperingatkan bahwa pendekatan teknokratik Carney bisa saja kurang efektif dalam menghadapi gelombang populisme yang sedang berkembang.

"Poilievre mungkin seorang elite juga, tetapi nada bicaranya selaras dengan kemarahan publik," katanya.

Dengan pemilu yang harus digelar paling lambat 20 Oktober, nasib politik Carney masih belum pasti. Jika Partai Liberal bisa mempertahankan status sebagai oposisi utama, itu bisa dianggap sebagai keberhasilan. Namun, jika hasilnya lebih buruk, kepemimpinan Carney mungkin tidak akan bertahan lama.

"Jika dia gagal menjadi pemimpin oposisi, maka karier politiknya bisa langsung berakhir," ujar Moscrop. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Mark Carney Akan Gantikan Justin Trudeau sebagai PM Kanada

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)