Perusahaan farmasi swasta PT Dexa Medica terus memperluas cakupan program cek kesehatan gratis. Foto: dok Dexa Medica.
Ade Hapsari Lestarini • 26 June 2025 19:55
Yogyakarta: Perusahaan farmasi swasta PT Dexa Medica terus memperluas cakupan program cek kesehatan gratis demi mendukung agenda nasional dalam pencegahan penyakit tidak menular dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Menjangkau warga Yogyakarta, perseroan mencatat lebih dari 60 persen peserta berada dalam kategori risiko tinggi penyakit kronis, menjadi alarm penting bagi kesehatan masyarakat urban. Kali ini, Cek Segitiga berkolaborasi dengan RS Ludira Husada Tama Yogyakarta dan mencatat partisipasi sebanyak 811 warga, dengan 798 di antaranya menjalani skrining kesehatan meliputi pemeriksaan tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah sewaktu. Jumlah peserta meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya, menunjukkan antusiasme yang semakin besar dari masyarakat Yogyakarta.
Hasil skrining menunjukkan 60,65 persen peserta berada dalam kategori risiko tinggi (high risk), mereka terdeteksi memiliki nilai abnormal pada minimal satu dari tiga parameter pemeriksaan. Penyakit yang paling banyak ditemukan adalah hipertensi, dengan 303 peserta (44,6 persen) memiliki tekanan darah di atas batas normal (?140/90 mmHg). Disusul oleh kolesterol tinggi pada 235 peserta (37,2 persen) dan gula darah sewaktu tinggi pada 124 peserta (18,2 persen).
Head of Sales OGB Dexa Medica, Yulianto, menyampaikan kegiatan Cek Segitiga ini merupakan bagian dari kontribusi nyata dalam mendukung upaya promotif dan preventif pemerintah. "Jadi ini adalah titik kelima skrining tahun ini yang tujuannya bantu program pemerintah," ujar dia, dalam keterangan tertulis, Kamis, 26 Juni 2025.
Sementara itu, General Practitioner RS Ludira Husada Tama Yogyakarta, Dwi Astuti, menekankan pentingnya skrining sebagai langkah awal mengenali penyakit kronis yang kerap tidak menunjukkan gejala.
"Karena memang skrining kronis disarankan juga oleh pemerintah. Kalau lebih awal diketahui, bisa segera ditangani. Sekarang penyakit intervensi menurun, tapi penyakit kronis meningkat. Jadi penting agar masyarakat lebih cepat mengetahui kondisi kesehatannya," jelas dia.
Baca juga: Industri Farmasi Indonesia Eksis di Kamboja |