Gunung berapi di Islandia erupsi. (Getty Images)
Marcheilla Ariesta • 23 August 2024 16:09
Reykjavik: Sebuah gunung berapi di Islandia barat daya meletus untuk keenam kalinya sejak Desember lalu. Gunung berapi di Semenanjung Reykjanes memuntahkan gumpalan lava berwarna jingga terang ke udara.
Letusan itu dimulai pukul 21.26 waktu setempat di semenanjung Reykjanes, dekat kota Grindavik yang terbengkalai, menyusul serangkaian gempa bumi, menurut Kantor Meteorologi Islandia.
“Panjang total retakan itu sekitar 3,9 km dan bertambah 1,5 km dalam waktu sekitar 40 menit,” kata badan itu, dilansir dari The Independent, Jumat, 23 Agustus 2024.
Warga ibu kota Reykjavik mengunggah di media sosial bahwa mereka dapat melihat gumpalan lava naik dari jarak sekitar 50 km.
Siaran langsung dari gunung berapi di semenanjung Reykjanes menunjukkan lava panas yang membara menyembur dari tanah, warna kuning terang dan jingganya sangat kontras dengan langit malam yang gelap.
"Dampaknya terbatas pada area lokal di dekat lokasi letusan. Tidak menimbulkan ancaman bagi nyawa dan area di dekatnya telah dievakuasi," kata Kementerian Luar Negeri Islandia di media sosial X.
"Pihak berwenang Islandia telah siap menghadapi aktivitas seismik dan vulkanik yang terjadi secara berkala sebagai ciri geografi alami negara kami,” sambung mereka.
Lahar tidak mengalir ke kota nelayan Grindavik di dekatnya, yang hampir 4.000 penduduknya sebagian besar telah dievakuasi sejak November.
Letusan terjadi di deretan kawah Sundhnukar di sebelah timur gunung Sylingafell, sebagian tumpang tindih dengan letusan terbaru lainnya di semenanjung Reykjanes, dalam sistem vulkanik yang tidak memiliki kawah pusat tetapi meletus dengan membuka retakan raksasa di tanah.
Penelitian telah menunjukkan magma terakumulasi di bawah tanah, yang memicu peringatan aktivitas vulkanik baru di daerah yang terletak tepat di selatan ibu kota Islandia, Reykjavik.
Letusan terbaru di semenanjung Reykjanes, yang dihuni sekitar 30.000 orang atau hampir delapan persen dari total populasi negara itu, berakhir pada 22 Juni setelah memuntahkan semburan batu cair selama 24 hari.
Letusan tersebut menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh negara kepulauan yang berpenduduk hampir 400.000 orang itu karena para ilmuwan memperingatkan bahwa semenanjung Reykjanes dapat menghadapi letusan berulang selama beberapa dekade atau bahkan berabad-abad.
Sejak 2021, telah terjadi sembilan letusan di semenanjung, menyusul pengaktifan kembali sistem geologi yang telah tidak aktif selama 800 tahun.
Grindavik, sebuah kota berpenduduk 3.800 orang sekitar 50 km barat daya ibu kota Islandia, Reykjavik, dievakuasi pada November tahun lalu ketika sistem vulkanik Svartsengi terbangun setelah hampir 800 tahun dengan serangkaian gempa bumi yang membuka retakan besar di bumi antara kota dan Sylingarfell, sebuah gunung kecil di utara.
Gunung berapi itu akhirnya meletus pada 18 Desember, mengirimkan aliran lava menjauh dari Grindavik. Letusan kedua yang dimulai pada 14 Januari mengirimkan lava ke arah kota.
Letusan ketiga terjadi pada Februari, ketika gunung berapi Sylingarfell, yang terletak sekitar 3 km di utara kota Grindavik di bagian barat daya negara itu, mulai memuntahkan lava.
Sedangkan letusan keempat terjadi pada Maret di sepanjang semenanjung Reykjavik di Islandia, di dekat kota Grindavik yang terbengkalai. Sementara letusan kelima terjadi pada Sundhnuksgigar pada siang hari 29 Mei, dengan lava menyembur setinggi 50 meter ke langit.
Sebagai tanggapan, pihak berwenang telah membangun penghalang buatan manusia untuk mengalihkan aliran lava menjauh dari infrastruktur penting, termasuk pembangkit listrik Svartsengi, spa luar ruangan Blue Lagoon, dan kota Grindavik.
Penerbangan tidak terpengaruh, Bandara Keflavik Reykjavik mengatakan di laman webnya, tetapi spa dan hotel geotermal mewah Blue Lagoon di dekatnya mengatakan telah tutup dan mengevakuasi tamunya.
Dengan Islandia yang terletak di antara dua lempeng tektonik utama, letusan retakan merupakan fitur yang biasa terjadi, dan biasanya tidak mengakibatkan ledakan besar atau produksi abu yang signifikan yang tersebar ke stratosfer.
Meskipun dampaknya sering kali sangat terlokalisasi, peningkatan jumlah letusan selama beberapa tahun terakhir telah menarik perhatian internasional, menjadikannya tujuan utama untuk wisata gunung berapi, segmen khusus yang menarik para pencari sensasi.
Baca juga: Islandia Umumkan Keadaan Darurat usai Erupsi Keempat Gunung Berapi