Ilustrasi kendaraan listrik Tiongkok. foto: Unsplash.
New Delhi: Para pembuat kendaraan listrik (EV) Tiongkok dapat mempercepat perpindahan mereka ke India menyusul keputusan Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat(AS) yang menaikkan tarif impor kendaraan listrik Tiongkok.
Para pengamat mencatat New Delhi akan khawatir jika memberikan terlalu banyak akses pasar kepada pesaingnya meskipun mendapat keuntungan dari peningkatan investasi Tiongkok.
“Tiongkok akan mencoba melakukan dumping sebisa mungkin. India telah membangun pertahanan yang kuat untuk mencegah dumping semacam itu,” kata Direktur Pelaksana Bexley Advisors Utkarsh Sinha dikutip dari
Business Times, Selasa, 18 Juni 2024.
Meskipun ada kekhawatiran mengenai dumping, para ahli mengatakan masuknya produsen mobil Tiongkok memberikan peluang bagi India.
"Langkah seperti ini menciptakan pusat-pusat manufaktur, baik itu India, india, Jepang, kendaraan listrik tersebut harus dikirim ke AS atau UE dari suatu tempat, dan tidak ada yang dapat menghentikan India untuk menjadi basis manufaktur untuk hal-hal ini.Dan itu juga bisa menjadi cara untuk menjalin hubungan simbiosis dengan Tiongkok,” tegas dia.
Selain itu, usaha patungan dengan perusahaan Tiongkok dapat membantu India mengembangkan kemampuan manufakturnya sendiri. Produsen kendaraan listrik India, termasuk pemimpin pasar Tata Motors, sangat bergantung pada Tiongkok untuk baterai dan semikonduktor.
India juga memerlukan investasi asing untuk mengembangkan sektor kendaraan listriknya dan mengatasi kurangnya infrastruktur pengisian daya dan tingginya harga kendaraan.
Kendaraan listrik masih baru
Sektor kendaraan listrik di negara ini masih relatif baru, meskipun negara ini berstatus sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia dan pasar mobil terbesar ketiga. Pada 2023, populasi mobil listrik di India hanya dua persen atau sekitar 900 ribu unit.
Pemerintah bertujuan untuk meningkatkan angka ini menjadi 30 persen pada 2030 dan mendorong lebih banyak produksi kendaraan listrik dan komponennya di dalam negeri.
Pemerintah India juga memperkenalkan insentif keuangan bagi perusahaan yang memproduksi kendaraan di India, serta subsidi bagi pembeli kendaraan listrik. Tarif impor kendaraan listrik saat ini berkisar antara 70 hingga 100 persen.
Potensi pasar India telah menarik perusahaan kendaraan listrik milik Tiongkok, termasuk pemimpin pasar BYD dan MG Motor. Namun, pada tahun lalu, BYD menunda rencana investasi sebesar USD1 miliar dengan mitra usaha patungan lokalnya, dilaporkan setelah proposalnya mendapat pengawasan ketat dari New Delhi.
Uni Eropa dan AS bebankan tarif ke Tiongkok
UE akan mengenakan tarif hingga 38,1 persen pada impor kendaraan listrik Tiongkok. Hal ini merupakan hasil penyelidikan UE terhadap dugaan subsidi negara yang tidak adil yang diberikan kepada industri manufaktur mobil Tiongkok.
Tarif tersebut dijadwalkan mulai berlaku pada 4 Juli, namun dapat disesuaikan karena perusahaan-perusahaan Tiongkok masih mempunyai waktu untuk memberikan bukti yang dapat menantang temuan UE. Tarif ini melebihi pungutan yang sudah ada sebesar 10 persen untuk mobil yang diimpor ke UE.
Bulan lalu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan tarif 100 persen pada kendaraan listrik buatan Tiongkok untuk melindungi produsen AS dari impor yang lebih murah. Kedua negara adidaya tersebut telah terlibat perang dagang selama bertahun-tahun.