Potensi Indonesia Dilirik untuk Perkuat BRICS

KTT BRICS yang berlangsung di Kazan, Rusia. Foto: TASS

Potensi Indonesia Dilirik untuk Perkuat BRICS

Marcheilla Ariesta • 24 October 2024 15:57

Kazan: Di bawah kepemimpinan Rusia, BRICS+ telah menarik lebih dari 30 negara di seluruh dunia. Mereka melihat dengan minat yang sangat potensial yang akan meningkatkan posisi geopolitiknya dan memperluas pengaruh ekonominya, utamanya di pasar non-barat di Asia-Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin.

Yang terpenting, BRICS+ memanfaatkan posisi geopolitiknya untuk memengaruhi urusan global dan mengejar kebijakan luar negeri yang lebih seimbang dan beragam.

Beberapa ahli mengatakan, Rusia memanfaatkan BRICS+ untuk tujuan jangka panjangnya dalam memerangi isolasi dan melawan hegemoni barat. Salah satu negara yang dianggap punya potensi besar untuk bergabung adalah Indonesia.

Dikutip dari Eurasia Review, Kamis, 24 Oktober 2024, pada tahun 2012, minat Indonesia untuk menjadi anggota BRICS terbaru saat itu tidak goyah. Bahkan, menjadi perdebatan luas tentang masa depan dan kemanjuran pengelompokan Selatan-Selatan.

Pada 2012, statistik pembangunan Indonesia menjadikan negara itu sebagai negara yang tepat untuk menjadi anggota.

“Negara itu (Indonesia) memiliki ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan merupakan raksasa demografi dengan populasi 248 juta orang, menjadikannya negara terpadat keempat di dunia, bahkan di atas Brasil dan Rusia,” kata Eurasia Review, Rabu, 23 Oktober 2024.

Dalam hal kerja sama Selatan-Selatan, dan mengingat sistem dialog Utara-Selatan yang didefinisikan ulang dalam dunia yang secara bertahap semakin multipolar, Indonesia memiliki tempatnya di antara kategori negara teratas yang memengaruhi bagaimana dunia global transnasional berkembang.

Lebih jauh, mengingat praktik kebijakan luar negeri pragmatis negara tersebut dan kerja sama jangka panjang dengan negara-negara di kawasan tersebut dan sekitarnya, Indonesia dapat memperkuat suara bersama negara-negara ekonomi berkembang melalui BRICS.

“Dengan potensi masuknya Indonesia, BRICS kemudian perlu mendefinisikan ulang, atau lebih tepatnya menyempurnakan statusnya sebagai (mungkin) salah satu pengelompokan antar-regional negara-negara di Global Selatan yang paling penting,” kata mereka.

Masalah penting lainnya adalah sektor investasi, yang sangat diandalkan oleh negara-negara berkembang.

Penanaman Modal Asing (FDI) ke Indonesia, dan FDI Indonesia yang diterbangkan ke negara-negara ekonomi lain yang kurang kuat di seluruh Asia Tenggara dan sekitarnya, dapat lebih didorong oleh keanggotaan BRICS, yang akan memfasilitasi kerja sama trans-regional yang lebih baik.

“Misalnya, hal ini dapat membuka jalan bagi peningkatan kerja sama Selatan-Selatan di Afrika, dengan peran Indonesia yang lebih substansial dalam pembangkitan dan pembiayaan proyek,” seru Eurasia Review dalam tulisannya.

“Selain kehadiran dan keterlibatan Tiongkok dan India yang semakin meningkat di benua Afrika, Indonesia dapat memainkan (peran yang lebih besar), khususnya jika kita (mengakui) semakin banyaknya bantuan pembangunan resmi (ODA) yang diberikan negara-negara berkembang kepada Afrika,” ungkap mereka.

Pasar domestik Indonesia dinilai sangat besar dan ledakan ekonomi saat ini dapat dikaitkan dengan stabilitas politiknya serta kebijakan ekonomi dan moneter yang baik, yang telah menarik FDI yang konsisten.

“Singkatnya, Indonesia adalah kekuatan ekonomi yang harus (diperhitungkan) dan keputusannya untuk bergabung dengan BRICS dapat berdampak besar dalam hal kredibilitas badan tersebut. Keanggotaan Indonesia pasti akan memperkuat komposisi modal BRICS, dan juga mendatangkan kemampuan fiskal yang luar biasa,” pungkas tulisan redaksional tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)