Ketua Pusat Studi Pengembangan Pemanfaatan Teknologi Digital FISIP Universitas Airlangga Henri Subiakto. Dok. Istimewa
Kautsar Widya Prabowo • 28 December 2024 16:24
Jakarta: Sejumlah sekolah yang terletak di wilayah terluar, tertinggal, dan terdepan (3 T) belum mendapatkan akses internet yang maksimal. Khususnya di daerah Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur.
Ketua Pusat Studi Pengembangan Pemanfaatan Teknologi Digital FISIP Universitas Airlangga Henri Subiakto mengungakap di wilayah tersebut telah berdiri menara pemancar selular (BTS). Namun, belum beroperasi secara maksimal.
"Banyak sekolah yang terpaksa mengalokasikan dana bantuan operasional sekolah untuk berlangganan Starlink," ujar Henri dalam keterangan tertulis, Sabtu, 28 Desember 2024.
Henri menjelaskan menara BTS milik Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) hanya mampu menyediakan kapasitas bandwith sebesar 2 Mbps. Keterbatasan kapasitas tersebut menyebabkan pusat layanan pendidikan dan kesehatan lebih memilih layanan internet satelit Starlink.
"Kapasitas bandwith yang disediakan BAKTI masih lebih rendah bila dibandingkan dengan standar operator selular yang mencapai 30 Mbps," jelas dia.
Baca Juga:
Wamen Komdigi Pastikan Akses Jaringan Internet Berjalan Baik saat Tinjau Stasiun Senen |