5 Alasan Antonio Conte Pantas Gantikan Stefano Pioli sebagai Pelatih Milan

Antonio Conte. (Press Association via AP Images)

Serie A Italia 2023/2024

5 Alasan Antonio Conte Pantas Gantikan Stefano Pioli sebagai Pelatih Milan

Medcom • 7 February 2024 02:11

Milan: Nama Antonio Conte terus dikaitkan dengan AC Milan. Ia disebut-sebut akan menggantikan posisi Stefano Pioli sebagai pelatih Rossoneri setelah berakhirnya kompetisi Serie A musim 2023/2024.

Sejumlah laporan menyebutkan bahwa Rossoneri sangat mempertimbangkan keputusan untuk mengakhiri hubungan dengan Pioli pada musim panas ini. Sebab, pelatih berkepala plontos itu masih memiliki kontrak kerja hingga Juni 2025.

Meski demikian, inkonsistensi performa Milan di musim ini jadi salah satu pertimbangan mengapa manajemen berpikir untuk melakukan perubahan pada musim depan.

Musim ini, Milan sudah terlempar dari persaingan memperebutkan trofi Liga Champions dan Coppa Italia. Di Eropa, Rossoneri masih harus berjuang di babak play-off untuk membuka peluang menjuarai kompetisi Liga Europa. Sementara di Serie A, peluang untuk merebut scudetto ke-20 tampak menciut.

Setelah melakoni 23 pertandingan Serie A musim ini,  Milan masih tercecer di posisi tiga klasemen sementara dan berjarak delapan poin dari Inter Milan yang berada di puncak. Jarak tersebut bahkan bisa bertambah lebar karena Nerazzurri masih menyisakan satu pertandingan yang belum dimainkan.

Baca juga: Milan Kerja Keras Tundukkan Frosinone

Zlatan Ibrahimovic, mantan anak asuh Pioli yang kini menduduki kursi panas sebagai Penasihat Senior menjadi salah satu sosok yang disebut-sebut paling gencar mempromosikan Conte sebagai pelatih Milan di musim depan. Lantas, apa yang membuat Ibrahimovic sangat berambisi menjadikan Antonio Conte sebagai pelatih Milan musim depan?

Melansir dari Sempremilan, berikut lima alasan yang membuat Conte pantas melatih Milan dan mengembalikan kejayaan I Rossoneri.

1. Mentalitas Juara
Antonio Conte selalu meyakini bahwa mental juara adalah sesuati yang tidak bisa dibeli. Dia mengatakan, mental juara adalah sesuatu yang hanya dapat diraih “hari demi hari” dengan meluangkan waktu di tempat latihan.

Conte adalah seseorang yang tidak mau kalah, baik sebagai pemain maupun manajer. Menyelesaikan musim Serie A dengan menempati posisi ketiga atau keempat bukanlah gaya Conte, dan itu adalah sesuatu yang seharusnya membuat Rossoneri bersemangat.

2. Kedisiplinan Taktik
Tidak diragukan lagi bahwa Conte adalah pelatih yang pragmatis. Dia termasuk dalam kategori yang sama dengan orang-orang seperti Jose Mourinho. Dia melakukan sedemikian rupa agar timnya sulit dikalahkan, agresif dan dominan. Tapi di sisi lain, hal itu tidak membuatnya jadi pelatih yang defensif.

Kedisiplinan taktiknya membawa Chelsea menjuarai Liga Primer Inggris musim 2016/2017. Bersama Juventus, Conte memenangkan 33 dari 38 pertandingan liga pada musim 2013/14. Dan saat melatih Inter, ia membuat anak asuhnya mencetak 89 gol dan meraih scudetto musim 2019/20.

Sepanjang karier kepelatihannya, Conte dikenal sebagai pelatih yang identik bermain dengan pola tiga bek. Namun di atas lapangan, ia mampu membuat strategi yang menarik untuk disaksikan.

3. Etos Kerja
Bukan hanya kedisiplinan taktik yang ditanamkan Conte dalam tim. Dia juga bakal menunjukkan etos kerja tinggi agar tim yang diasuhnya mampu berlari cepat dari lawan. Hal ini tak lepas dari filosofinya yang menginginkan para pemain merebut bola dengan cepat, termasuk melakukan pressure dari area pertahanan lawan.

Memang dibutuhkan tipe pemain tertentu untuk menghadapi tantangan yang diberikan Conte. Namun jika Rossoneri ingin kembali memperkuat diri di papan atas sepak bola Eropa, mereka membutuhkan komitmen penuh dari para pemainnya.

4. Prestasi
Rekor Conte di Serie A tak perlu diragukan lagi. Ia mencatat hattrick scudetto bersama Juventus, yang kemudian diikuti dengan gelar yang sama untuk Inter Milan. Rekam jejak ini mengukuhkan Conte sebagai salah satu manajer terbaik Italia di era modern.

Tentu saja banyak yang akan menganggap rekornya di Inggris sebagai bukti tepat atas metode yang diterapkannya. Sementara para pengkritik akan mengatakan bahwa ia kesulitan di kompetisi Eropa. Namun, Milan ingin kembali mendominasi di dalam negeri sebelum berpikir lebih jauh.

5. Komitmen Terhadap Pengembangan Pemain
Conte adalah manajer yang senang memunculkan prospek masa depan. Selama berada di Chelsea, Conte secara teratur memilih pemain akademi di pertandingan Piala Liga Chelsea. Faktanya, selama musim 2017/18, Conte hampir secara eksklusif fokus pada talenta-talenta lokal pada kompetisi di luar Liga Primer Inggris.

Ethan Ampadu, bek-gelandang asal Wales yang kini menjadi pemain reguler di Leeds United, serta Callum Hudson-Odoi, yang kini bermain di Nottingham Forest di Premier League adalah bukti nyata komitmen Conte dalam pengembangan pemain muda.

Jika Conte bergabung dengan Milan, pemain muda seperti Francesco Camarda yang namanya bersinar di UEFA Youth League musim ini, diyakini akan memiliki prospek cerah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Kautsar)