Asyraf (baju kuning) dan abangnya Fahmi (baju hitam) sedang berada di bawah atap rumahnya di Desa Meunasah Lhok, Kecamatan Meuredu, Kabupaten Pidie Jaya. Foto: Metrotvnews.com/Fajri Fatmawati
Fajri Fatmawati • 18 December 2025 16:41
Pidie Jaya: Banjir bandang yang menerjang Desa Meunasah Lhok, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, menyisakan trauma mendalam bagi Asyraf, 14. Dari loteng rumahnya yang nyaris runtuh, remaja itu menyaksikan kayu-kayu gelondongan menghantam dinding rumah dalam gelap dini hari, membawa air, lumpur, dan rasa takut mendalam.
Saat dinding rumahnya pecah berantakan ditubruk kayu pertama, hanya satu kalimat yang terngiang di benaknya: "Saya pikir saya udah enggak ada lagi," kenang Asyraf saat ditemui Metrotvnews.com di lokasi rumahnya, Kamis, 18 Desember 2025.
Banjir bandang yang menerjang Desa Meunasah Lhok pukul 03.00 WIB tak cuma membawa air. Namun, gelombang kayu-kayu yang menjadi palu penghancur rumahnya.

Asyraf (baju kuning) dan abangnya Fahmi (baju hitam) sedang berada di bawah atap rumahnya di Desa Meunasah Lhok, Kecamatan Meuredu, Kabupaten Pidie Jaya. Foto: Metrotvnews.com/Fajri Fatmawati
Asyraf dan adiknya bertahan di bawah loteng. Sementara ibunya, kenang Asyraf, bergelantungan pada jeruji besi. Mata Asyraf melihat langsung tubuh ibunya terjepit dan dihantam kayu-kayu yang terus datang tanpa henti.
Selama dua hari, dua malam, mereka bertahan tanpa makan dan minum. Mereka pun harus menahan dinginnya malam, sembari menyaksikan air yang tak kunjung surut.
