Imlek, Penganut Konghucu di Purwokerto Sembahyang Chuxi

Perayaan Imlek. (MI/Tosiani)

Imlek, Penganut Konghucu di Purwokerto Sembahyang Chuxi

Media Indonesia • 29 January 2025 09:58

Purwokerto: Tepat pukul 23.38 WIB, Selasa, 28 Januari 2025, suara tambur dan musik ceng ceng dibunyikan untuk mengiringi puluhan penganut Konghucu Purwokerto melakukan sembahyang chuxi atau tutup tahun 2575 kongzili dan menyambut tahun baru 2576 kongzili pada Rabu, 29 Januari 2025, di Kelenteng Hok Tik Bio Purwokerto.

Ratusan lilin dan lampion menambah semarak suasana Kelenteng Hok Tik Bio. Aroma dupa yang dinyalakan serta dipegang umat dan simpatisan yang hadir membuat momen berdoa chuxi semakin khusyuk.

Sembahyang chuxi itu dipimpin oleh Rohaniawan Konghucu Budi Rohadi. Ia membacakan doa dan permohonan umat. Doa pertama kali dipanjatkan di depan altar Tien atau Tuhan. Kemudian dilanjutkan ke altar tuan rumah yakni Hok Tek Tjeng Sin atau Malaikat Bumi.

"Kita sembahyang chuxi atau tutup tahun untuk menyambut tahun baru. Kita mengucap syukur atas semua berkah dan rejeki yang diterima. Kita juga mengoreksi diri atas hal hal yang belum tercapai,"turur Budi Rohadi, Rabu dini hari, 29 Januari 2025, usai sembahyang chuxi.

Baca: 

Tahun Baru Imlek, Hujan Petir Berpotensi di Semarang, Surabaya, hingga Mamuju


Dia menyampaikan harapan supaya rahmat dan bimbingan dari Tien dan para Senming (malaikat) menyertai semua umat dan simpatisan dalam menjalani tahun baru. "Kita juga berdoa untuk negara supaya dijauhkan di marabahaya, bencana alam, persatuan dan kesatuan tetap terjaga," kata dia.

Penyuluh Agama Konghucu Kabupaten Banyumas Trisno Rahayu menjelaskan, pemasangan lilin dan lampion sebagai ornamen Imlek di kelenteng untuk menaruh harapan agar selalu terang dalam kehidupan sepanjang tahun. Adapun warna merah pada lilin dan lampion itu melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan. 

"Di Altar kita memberikan sesaji utama berupa kue keranjang sebagai kue tahun baru, rasanya manis dan lengket melambangkan hidup kita selalu rekat akan persaudaraan dan selalu baik atau manis seperti rasa kue keranjang,"terang dia.

Persembahan lainnya berupa buah buahan. Ada pula umat yang membawa kue apem, kueku, kue lapis, wajik. 

"Yang utama kue keranjang atau nian gao. Baiknya ada, tapi kalau tidak ada tidak mengurangi khidmat kita beribadah," ungkap dia. 

Dia mengungkap bahwa semua itu merupakan sumbangan dari umat dan simpatisan. Pihaknya menitikberatkan pada harapan yang dinyalakan supaya lebih terang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Lukman Diah Sari)