Perang Tarif AS-Tiongkok Tekan Harga Minyak Dunia

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Perang Tarif AS-Tiongkok Tekan Harga Minyak Dunia

Husen Miftahudin • 9 April 2025 10:36

Jakarta: Harga minyak kembali melemah tajam pada awal perdagangan Rabu, 9 April 2025, menandai penurunan ke level terendah dalam lebih dari empat tahun terakhir. Ketidakpastian global yang dipicu oleh perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok menjadi faktor utama yang membayangi prospek permintaan energi dunia.

"Berdasarkan pola candlestick dan indikator Moving Average, tren bearish pada minyak mentah WTI masih sangat kuat," ungkap Analis dari Dupoin Indonesia Andy Nugraha dikutip dari analisis harian, Rabu, 9 April 2025.

Menurut Andy, perdagangan hari ini diperkirakan akan menghadapi tekanan lanjutan, seiring meningkatnya kekhawatiran konflik dagang antara dua ekonomi terbesar dunia akan menghambat pertumbuhan ekonomi global dan menekan konsumsi bahan bakar.

Diketahui, Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan tarif tambahan sebesar 104 persen terhadap barang-barang asal Tiongkok, setelah Beijing tidak mencabut tarif balasannya. Langkah balasan dari Tiongkok memperkecil peluang tercapainya kesepakatan dagang dalam waktu dekat dan memperkuat ketidakpastian pasar.

Dari sisi teknikal, Andy menjelaskan WTI menunjukkan pola penurunan yang konsisten dan masih berada dalam tekanan jual. Berdasarkan analisisnya, harga WTI berpotensi melanjutkan pelemahannya hingga ke level USD51.8 per barel dalam jangka pendek.

"Namun, jika harga gagal menembus support tersebut dan mengalami rebound, maka ada peluang untuk naik menuju level resistance terdekat di USD59 per barel," papar dia.

Dalam perdagangan terakhir, harga minyak mentah berjangka WTI turun sebesar USD2,36 atau sekitar 3,96 persen ke posisi USD57,22 per barel, sedangkan Brent menyentuh level terendah sejak Maret 2021.

Sementara itu, penurunan WTI membawa harga ke titik terendah sejak Februari 2021. Penurunan ini menjadi yang kelima secara berturut-turut sejak pernyataan Trump yang memicu gejolak pasar global.
 

Baca juga: Duh! Harga Minyak Dunia Sentuh Level Terendah


(Ilustrasi pergerakan harga minyak. Foto: dok ICDX)
 

OPEC+ kerek produksi minyak


Faktor fundamental lainnya yang memperparah tekanan terhadap harga minyak adalah keputusan OPEC+ yang pekan lalu menyepakati peningkatan produksi sebesar 411 ribu barel per hari mulai Mei 2025. Langkah ini diperkirakan akan menambah pasokan global dan berpotensi menciptakan surplus pasar.

Menurut proyeksi Goldman Sachs, harga Brent dan WTI bahkan diperkirakan dapat turun masing-masing ke USD62 dan USD58 per barel pada akhir 2025, dan lebih lanjut ke USD55 dan USD51 per barel pada akhir 2026.

Meskipun demikian, ada satu sinyal positif dari sisi permintaan. Data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun sebesar 1,1 juta barel dalam sepekan terakhir, berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,4 juta barel.

"Namun, sinyal ini masih belum cukup kuat untuk mengubah arah tren harga minyak dalam jangka pendek," papar Andy.

Secara keseluruhan, beber dia, pasar minyak masih dibayangi oleh kekhawatiran ekonomi global dan dinamika geopolitik yang kompleks.

"Dengan tren teknikal yang masih menunjukkan tekanan turun, investor atau trader disarankan untuk tetap waspada terhadap potensi penurunan lanjutan, dengan titik perhatian utama berada pada level USD51.8 sebagai support kunci hari ini," kata Andy memberi pesan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)