Gegara Tarif Trump, Ekonomi Jepang Minus 1,8% di Kuartal III

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Jepang merosot. Foto: Freepik.

Gegara Tarif Trump, Ekonomi Jepang Minus 1,8% di Kuartal III

Husen Miftahudin • 17 November 2025 08:18

Tokyo: Ekonomi Jepang mengalami kontraksi 1,8 persen (yoy) pada kuartal ketiga 2025. Ini menjadi penurunan pertama dalam enam kuartal terakhir akibat pukulan terhadap ekspor imbas tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat (AS).

Penurunan ini, meskipun tidak setajam yang diperkirakan, dapat mempersulit rencana bank sentral Jepang untuk mengerek suku bunga lebih lanjut. Para analis kini berfokus pada seberapa cepat ekonomi terbesar keempat di dunia ini akan mengatasi dampak tarif Trump dan pulih.

Mengutip Investing.com, Senin, 17 November 2025, penurunan produk domestik bruto Jepang pada periode Juli-September 2025 ini lebih sempit dari estimasi pasar rata-rata sebesar 2,5 persen.

Hal ini menyusul revisi pertumbuhan sebesar 2,3 persen pada kuartal sebelumnya, ketika ekonomi mendapat dorongan ekstra dari ekspor yang solid yang mencerminkan pengiriman barang lebih awal ke AS saat negosiasi tarif AS untuk Jepang masih berlarut-larut.

Diketahui, Washington meresmikan perjanjian perdagangan dengan Tokyo pada September, menerapkan tarif dasar 15 persen pada hampir semua impor Jepang, turun dari tarif awal 27,5 persen pada otomotif dan bea masuk 25 persen yang diberlakukan untuk sebagian besar barang lainnya.
 

Baca juga: Takaichi Minta BOJ Jaga Suku Bunga Rendah Demi Bantu Pulihkan Ekonomi


(Ilustrasi, seseorang tengah berjalan di depan gedung Bank of Japan. Foto: Xinhua/Zhang Xiaoyu)
 

Secara kuartalan, ekonomi Jepang terkontraksi 0,4%


Sementara secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi Jepang di kuartal III-2025 juga terkontraksi sebesar 0,4 persen. Namun angka ini lebih baik dari estimasi median yang terkontraksi 0,6 persen.

Konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari separuh output ekonomi, naik 0,1 persen, sesuai dengan estimasi pasar. Namun, kenaikan tersebut mereda dari kenaikan 0,4 persen pada kuartal kedua, yang menunjukkan biaya makanan yang tinggi membuat rumah tangga enggan berbelanja.

Permintaan eksternal bersih, atau ekspor dikurangi impor, mengurangi pertumbuhan sebesar 0,2 poin persentase, dibandingkan dengan kontribusi positif 0,2 poin dalam periode April-Juni.

Belanja modal, pendorong utama pertumbuhan yang didorong oleh permintaan swasta, naik 1,0 persen pada kuartal ketiga, dibandingkan kenaikan 0,3 persen.

Data PDB yang lemah ini muncul saat pemerintahan Perdana Menteri baru Sanae Takaichi sedang menyusun paket stimulus untuk meredam dampak kenaikan biaya hidup terhadap rumah tangga.

Penasihat ekonomi dekat Takaichi telah mengutip kemungkinan kontraksi PDB yang tajam sebagai alasan untuk tindakan stimulus yang agresif. Para analis mengatakan, data terbaru dapat membuat para penasihat tersebut berani meminta BOJ untuk bersikap lambat dalam menaikkan suku bunga.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)