Salah satu penampilan dalam kegiatan Parade Surabaya Juang 2025. Antara/ HO-Pemkot Surabaya
Surabaya: Sejumlah jalan protokol di Kota Surabaya, Jawa Timur, ditutup total pada Minggu sore, 2 November 2025, lantaran ada pergelaran Parade Surabaya Juang. Kegiatan tahunan salah satu ikon Kota Pahlawan itu dimeriahkan 2.000 peserta. Sebagai upaya memeriahkan Hari Pahlawan setiap 10 November, teatrikal tentang perjuangan Arek-arek Suroboyo merebut kemerdekaan disuguhkan dalam teater kolosal ini.
Sejak 2008, sejumlah elemen masyarakat aktif dalam kegiatan ini, mulai dari veteran pejuang, komunitas sejarah, komunitas sepeda tua, anggota kepolisian dan TNI, pelajar, serta para seniman.
Baca Juga :
Seperti dilansir Antara, mereka berjalan sepanjang 2,5 kilometer yang dimulai dari Tugu Pahlawan, hingga Balai Pemuda (Alun-Alun Surabaya). Mereka beraksi bak pejuang, lengkap mengenakan atribut perlawanan terhadap penjajah.
Ledakan suara bom dan dentuman suara senapan menambah suasana heroik di acara itu. Teriakan semangat membara para pejuang, rintihan mereka yang terluka terkena tembakan menjadikan suasana semakin hidup.
Disusul kemudian para perawat yang sigap membantu para pejuang, hingga akhirnya kemenangan berhasil diraih untuk kemerdekaan Indonesia.
Konvoi kendaraan lawas dan juga alutsista, seperti kendaraan taktis dari TNI turut mewarnai sepanjang parade juang.
Sejak awal pertunjukan teatrikal kolosal disajikan di tiga titik utama sepanjang rute dari Tugu Pahlawan sebagai pembuka, berlanjut ke Perempatan Siola, dengan adegan perlawanan dan mencapai klimaks pertempuran di Balai Pemuda.
Parade ini melintasi jalur bersejarah, seperti Jalan Tunjungan dan berhenti di depan Hotel Majapahit untuk prosesi penghormatan bendera kemudian dilanjutkan menuju ke Balai Pemuda atau Alun-Alun Surabaya.
Hotel Majapahit yang dulu dikenal sebagai Hotel Oranje merupakan lokasi perobekan bendera Belanda menjadi merah putih oleh para pejuang muda Kota Surabaya.
Parade Surabaya Juang bukan sekadar perayaan, akan tetapi merupakan upaya Pemkot Surabaya untuk memasarkan dan mempromosikan Kota Pahlawan. Acara ini juga kembali diajukan agar masuk ke dalam daftar Karisma Event Nusantara (KEN) dan dirangkai dengan kegiatan lain yang memberi dampak ekonomi positif bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kota Pahlawan.
Memperingati Hari Pahlawan di Kota Surabaya ini diwarnai dengan tiga agenda utama, yakni nostalgia Tjangkroekan Djoeang di Tugu Pahlawan pada 31 Oktober–1 November 2025, Parade Juang yang menampilkan teatrikal kolosal pada 2 November 2025.
Perayaan ditutup dengan sentuhan modern melalui HerockMob, festival musik rock yang digelar di sebuah plaza di Kota Lama Surabaya, 8 November 2025.
Surabaya Epic
Setiap tahun, kegiatan Parade Juang Surabaya mengusung tema yang berbeda dan tahun ini mengusung tema 'Surabaya Epic', dengan membawakan kisah perjuangan tokoh-tokoh pahlawan perempuan yang namanya jarang terekspos.
Tokoh pahlawan perempuan itu di antaranya ada Lukitaningsih, seorang pemimpin Laskar Putri yang berperan vital di dapur umum dalam perjuangan Surabaya tahun 1945 yang diperankan Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya Rini Indriyani.
Selain itu, ada pula teatrikal yang menceritakan 'Mbok Dar Mortir', tokoh pahlawan perempuan yang turut berperan dalam pertempuran di Kota Surabaya.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengatakan teatrikal Parade Surabaya Juang 2025 ini menceritakan perjuangan seorang perempuan saat itu sangat luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa seorang perempuan juga berperan dalam perjuangan merebut kemerdekaan.
"Karena itulah, saya selalu mengatakan, di zaman seperti ini, di zaman modern seperti ini, peran perempuan sangat penting dalam merebut kemerdekaan di Kota Surabaya," kata Eri di Surabaya.
Teatrikal Parade Surabaya Juang bukan sekadar pertunjukkan, tetapi juga sebagai pembelajaran bagi masyarakat untuk Surabaya lebih baik ke depannya, karena kota itu masih berjuang melawan stunting, anak putus sekolah, kebodohan, hingga kemiskinan.
"Saat ini waktunya kita bersatu padu meneruskan perjuangan kemerdekaan, bukan saling padu (bertengkar) antara satu tetangga dengan lainnya, tapi bagaimana kota menjadi satu kekuatan besar melawan itu," ungkapnya.
Dalam teatrikal ini tidak hanya menonjolkan sosok tokoh pejuang perempuan Lukitaningsih dan Mbok Dar. Pemkot Surabaya juga memunculkan tokoh Soegiarto, seorang bek Persebaya yang saat itu ikut bertempur dalam pertempuran 10 November 1945.
Pada saat itu Soegiarto merupakan seorang pemain bola yang menjadi bek Persebaya. Ketika pertempuran pecah, Soegiarto bergabung bersama ke dalam barisan pejuang arek-arek, hingga akhirnya gugur dalam medan pertempuran.