Kegiatan Public Expose (PUBEX) PP Presisi 2025 di Wisma Subiyanto, Plaza PP, Jakarta Timur. Foto: dok PPRE. 
                                                
                    Husen Miftahudin • 31 October 2025 05:40 
                
                
                    
                        
Jakarta: PT PP Presisi Tbk (PPRE) menorehkan kinerja keuangan yang solid hingga kuartal III-2025 dengan membukukan 
laba bersih sebesar Rp194,69 miliar. Capaian tersebut disampaikan dalam kegiatan Public Expose (PUBEX) PP Presisi 2025 di Wisma Subiyanto, Plaza PP, Jakarta Timur.
Dalam paparannya, Direktur Keuangan & Human Capital Management PPRE Mohammad Arif Iswahyudi menegaskan kinerja positif PPRE ditopang oleh jasa 
pertambangan dan konstruksi yang berjalan stabil sepanjang 2025.
"PP Presisi berkomitmen meningkatkan efisiensi dan produktivitas melalui optimalisasi sumber daya, penerapan teknologi, serta tata kelola perusahaan," ungkap Arif dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 31 Oktober 2025.
Sepanjang sembilan bulan pertama 2025, lanjut dia, perseroan membukukan pendapatan bersih Rp2,77 triliun, sedikit meningkat dibandingkan Rp2,72 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Dari sisi profitabilitas, laba kotor naik menjadi Rp577,96 miliar dari sebelumnya Rp507,11 miliar.
"Kenaikan tersebut mencerminkan keberhasilan perseroan menjaga efisiensi operasional, mengendalikan beban usaha, serta menekan potensi kerugian penurunan nilai aset," terang Arif.
 
.jpeg) (Direktur Utama PPRE Rizki Dianugrah. Foto: dok PPRE)
(Direktur Utama PPRE Rizki Dianugrah. Foto: dok PPRE)
 Struktur keuangan tetap kokoh
Laporan keuangan konsolidasian per 30 September 2025 menunjukkan total aset PPRE mencapai Rp7,94 triliun, meningkat dari Rp7,65 triliun pada akhir 2024. Dari jumlah tersebut, aset lancar mendominasi sebesar Rp5,89 triliun, sedangkan aset tidak lancar tercatat Rp2,05 triliun.
Dari sisi kewajiban, total liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp4,27 triliun, sementara ekuitas meningkat menjadi Rp3,67 triliun dibandingkan Rp3,49 triliun pada akhir tahun lalu.
Struktur keuangan ini menunjukkan kemampuan perseroan dalam menjaga likuiditas dan solvabilitas di tengah tantangan industri konstruksi dan pertambangan nasional.