Komite Tetap Fiskal Bidang Industri Kesehatan, Gizi, Ketenagakerjaan, Jaminan Sosial, Pendidikan, dan Kebudayaan Kadin Indonesia, Muhamad Alipudin (kiri). Foto: Istimewa.
Anggi Tondi Martaon • 10 June 2025 16:28
Jakarta: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Ketenagakerjaan dinilai program untuk memperkuat sistem perlindungan sosial. Namun, kedua program tersebut dinilai memiliki sejumlah tantangan.
Komite Tetap Fiskal Bidang Industri Kesehatan, Gizi, Ketenagakerjaan, Jaminan Sosial, Pendidikan, dan Kebudayaan Kadin Indonesia, Muhamad Alipudin, menyampaikan, tantangan di BPJS Kesehatan berkaitan dengan finansial. Permasalahan itu muncul akibat ketidakseimbangan antara pendapatan iuran dan beban klaim yang terus meningkat.
"Pada tahun 2024, rasio klaim mencapai 105,78 persen," kata Alipudin melalui keterangan tertulis, Selasa, 10 Juni 2025.
Dia menyampaikan permasalahan finansial tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya, tunggakan iuran peserta. Per Maret 2025, jumlah peserta yang menunggak mencapai 56,8 juta peserta nonaktif.
"Hal ini mempengaruhi arus pendapatan BPJS Kesehatan dan menimbulkan risiko terhadap keberlanjutan program," ungkap dia.
Baca juga: Felly Runtuwene Soroti Peliknya Persoalan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan |