Suasana pelaksanaan program Ruang Harapan bersama pasien kanker Palestina. (Foto: Dok. Ist)
Patrick Pinaria • 27 March 2025 12:38
Amman: Dinding putih ruang pertemuan di Lavish Villa, 15 Maret itu dihiasi balon keajaiban warna-warni. Bagaimana tidak ajaib? Orang-orang yang awalnya tidak piawai meniup balon, mendadak jadi bisa meniup balon dengan indahnya. Rasa lelah berpuasa kami, para panitia Ruang Harapan yang terdiri dari kolaborasi PPI Dunia, HPMI Yordania, dan Tim Peduli, hilang seketika dengan senyum yang merekah dan sapaan anak-anak pengungsi Palestina, pasien King Hussein Cancer Foundation (KHCF), yang dikenal sebagai yayasan kanker di Yordania.
Ruang Harapan dilaksanakan di tanggal 13, 15, dan 22 Maret 2025. Maka, di tanggal 15 ini, kami melaksanakan Trauma Healing, salah satu susunan agenda yang didukung penuh oleh Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia (BAZNAS RI) melalui perpanjangan tangan PPI Dunia Kawasan Timur Tengah dan Afrika. Ada 100 anak yang hadir hari itu.
KHCF menjadi bagian dari King Hussein Cancer Center (KHCC), di bawah naungan Putri Ghida Talal dari Kerajaan Hasyimiah Yordania. KHCF berfokus pada penggalangan dana, peningkatan kesadaran, serta penyediaan bantuan bagi pasien kanker, termasuk anak-anak Palestina yang dirawat di Yordania. Menarik, bukan?
Anak-anak berlari membuncah, berbinar melihat balon dan mainan yang ada. Seketika, ruangan penuh tawa dengan aktivitas menyusun balok jenga, mewarnai gambar-gambar dengan pensil warna, dan tentu saja menggambar wajah dan tangan dengan krayon khusus muka. Aku melihat tangan temanku, ada gambar semangkanya. Aku jadi mau menggambar semangka juga, sudah lama sekali tidak menggambar. Kita mengenal semangka sebagai buah simbol semangat dan perlawanan Palestina terhadap penjajah: manis, segar, dan berani.
"Halo!" sapa seorang anak kecil berbaju biru. "Hai! Bolehkah aku menggambar di tanganmu?" tanyaku. Dia mengiyakan. "Kalau aku gambari semangka, mau?" kutanya. "Iya, mau, mau!" jawabnya ceria. Dia suka sekali makan semangka, katanya. Setelah itu, kami lanjut bermain bersama yang lainnya dan berfoto-foto bersama. Bahkan, para dokumentator profesional dari Sahtein Arts dan panitia juga memperbolehkan anak-anak bermain dengan kamera, asal berhati-hati dan di bawah pengawasan mereka. Tanpa diduga, hasil jepretan mereka luar biasa!
Namun di sudut, ada satu anak yang menarik perhatianku. Bersweter hitam, berambut gelombang, celana jins, earphone terpasang di telinga, dan duduk sendirian di atas sofa. Seorang remaja tanggung perempuan berumur belasan tahun sibuk dengan lagu dan dunianya. Persis sepertiku saat masih seusia dengannya.
Baca: Lembaga Sosial Sahabat Yatim Salurkan Bantuan Buat Anak-anak di Gaza |