Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza. Foto: dok Kemenperin
Ade Hapsari Lestarini • 16 May 2025 11:00
Jakarta: Industri elektronik nasional menunjukkan kinerja yang semakin positif dan berdaya saing, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pasar domestik serta investasi di sektor ini. Sektor industri elektronik juga menjadi salah satu prioritas dalam peta jalan Making Indonesia 4.0 karena perannya yang strategis dalam mendukung ekosistem industri manufaktur nasional.
Neraca perdagangan industri elektronika sepanjang 2024 tercatat masih mengalami defisit sebesar USD16,2 miliar dan impor produk elektronika tercatat sebesar USD25,43 miliar. Sedangkan, ekspornya hanya mencapai USD9,23 miliar.
Salah satu kontributor utama impor elektronik tersebut yaitu produk Air Conditioner (AC) rumah tangga, dengan nilai mencapai USD420,46 juta pada 2024. Meski turun sebesar sembilan persen dari tahun sebelumnya, nilai impor produk AC rumah tangga masih tergolong besar.
"Nilai impor produk AC yang tinggi, mencerminkan meningkatnya permintaan domestik terhadap AC. Saat ini AC telah menjadi kebutuhan pokok seiring dengan kenaikan suhu akibat perubahan iklim, meningkatnya daya beli masyarakat, serta kesadaran akan kualitas udara turut mendorong penggunaan AC secara luas," kata Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza, dalam keterangan tertulis, Jumat, 16 Mei 2025.
Melihat kondisi tersebut, Wamenperin mengapresiasi atas kehadiran pabrik baru PT Daikin Industries Indonesia, yang membawa angin segar dalam rangka mengurangi ketergantungan impor serta memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat manufaktur AC di kawasan ASEAN.
"Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Jajaran PT Daikin Industries Indonesia, atas peran dan komitmen dalam investasi dan prakarsa memajukan industri elektronika Indonesia," tutur Faisol.
Wamenperin Faisol Riza (tengah) bersama Chairman of the Board and CEO Daikin Industries Ltd, Masanori Togawa (kanan) dan President and COO Daikin Industries Ltd, Naofumi Takenaka (kiri). Foto: dok Kemenperin.