Revitalisasi Dorong Pelaku Usaha Penggilingan

Ilustrasi. Foto: dok PT Wilmar Padi Indonesia.

Revitalisasi Dorong Pelaku Usaha Penggilingan

Husen Miftahudin • 14 August 2023 16:12

Jakarta: PT Wilmar Padi Indonesia memulai program dalam membantu meningkatkan kemampuan pelaku usaha penggilingan melalui Mill Engagement Program (MEP). Pilot project yang akan dilaksanakan di Serang, Banten, itu diharapkan dapat sesuai dengan arahan pemerintah dalam mendorong revitalisasi usaha penggilingan.

Menurut Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) Saronto mengatakan, MEP bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penggilingan dalam mengolah gabah menjadi beras, sehingga dapat memenuhi standar industri. Selama ini, pelaku penggilingan lokal menghadapi masalah teknologi.

"Program ini akan fokus dalam peningkatan teknologi dan memberikan pendampingan dari tim perusahaan. Program ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha penggilingan dalam meningkatkan bisnisnya dalam jangka panjang," tutur Saronto dikutip dari siaran pers, Senin, 14 Agustus 2023.

Dijelaskan Saronto, bentuk bantuan dalam MEP akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penggilingan. Saronto mencontohkan, masalah yang umum dihadapi penggilingan di Serang adalah gabah berbau asap karena pemanggangan dilakukan secara tradisional.

Hal itu menyebabkan beras dari penggilingan belum memenuhi standar industri. Pelaku usaha penggilingan umumnya memasarkan di luar perusahaan karena dapat menerima beras dengan kualitas tersebut meski harganya jualnya lebih rendah.

Saat ini WPI telah menjalin kerja sama dengan sekitar 92 penggilingan padi di Banten dan Jawa Timur. Dari jumlah tersebut, pihaknya berharap akan lebih banyak lagi pelaku usaha yang bergabung dalam MEP. "Kami siap mendukung upaya pemerintah dalam merevitalisasi penggilingan," tegas dia.

Pelaku usaha penggilingan pun menyambut baik program tersebut. Somali, pelaku usaha penggilingan di Kasemen, Kabupaten Serang adalah salah satu peserta MEP. Saat ini dia sedang membangun penggilingan baru berkapasitas 20 ton per hari, yang akan dikhususkan untuk produksi beras premium.

"WPI akan memberikan bantuan teknologi tungku dan pendampingan teknis. Setelah menjadi pemasok gabah selama dua tahun ini, saya ingin coba ke beras premium agar bisnis naik kelas," ucap Somali.

Baca juga: Hadapi El Nino, Kementan Siapkan 12 Ribu Hektare Lahan Tanam Padi di NTB

 

Harga gabah tinggi


Sementara itu, Somali menjelaskan sejumlah faktor telah menyebabkan harga gabah tinggi. Salah satunya adalah karena di Banten belum memasuki waktu panen sehingga banyak tengkulak yang berebut gabah.

Hal itu mendorong mereka membeli dengan sistem ijon. Akibatnya, banyak padi yang belum waktunya dipanen tetapi dipotong lebih awal, sehingga rendemennya rendah.

"Saat ini barang (gabah) masih ada, tetapi harga tinggi tetapi rendemennya rendah," kata dia.

Umumnya, harga gabah di Serang mencapai Rp6.400 per kg mencapai Rp6.500 per kg, bahkan tengkulak dari luar daerah berani membeli Rp6.600 per kg. Sedangkan harga beli di WPI hanya Rp6.200 per kg hingga Rp6.300 per kg.

Hal itu mendorong penggilingan lebih banyak menjual ke tengkulak. Meski demikian, Somali masih memasok ke pabrik karena pembayarannya lebih cepat dibanding dengan tengkulak.

Pengusaha penggilingan lainnya Eka Hidayatulloh mengatakan, meski sudah cukup lama menjadi pemasok regular di WPI, sudah sebulan terakhir dia berhenti memasok karena harga gabah di luar Rp6.500 per kg dibandingkan WPI yang hanya Rp6.200 per kg sampai Rp6.300 per kg, belum termasuk potongan rafaksi.

"Saya sementara berhenti dulu (pasok ke Wilmar) karena harga di luar lebih tinggi," ujar Eka.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)