Siswa melintasi sisa-sisa material lumpur di SMAN 1 Batang Anai, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Kamis (4/12/2025). ANTARA/Asep Firmansyah
Whisnu Mardiansyah • 5 December 2025 18:13
Padang: Pascabencana banjir bandang dan longsor, sejumlah sekolah di Sumatra Barat (Sumbar) menghadapi kerusakan parah. Mereka membutuhkan alat berat untuk membersihkan material lumpur dan batu, serta beberapa di antaranya bahkan memerlukan opsi relokasi ke lokasi yang lebih aman.
Salah satu sekolah yang kondisinya paling mengkhawatirkan adalah SMAN 1 Batang Anai di Kabupaten Padang Pariaman. Sekolah yang menjadi langganan banjir ini mengalami kerusakan hebat setelah hujan deras pada Kamis, 27 November 2025.
Sekolah yang letaknya persis di bantaran sungai itu kini dipenuhi endapan lumpur dengan ketinggian bervariasi, bahkan mencapai lutut orang dewasa. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti, yang mengunjungi lokasi, mendapat masukan dari para guru untuk memindahkan sekolah.
“Ada masukan dari guru-guru tadi, karena sekolah ini memang lokasinya tidak aman dan sangat dekat dengan sungai dan langganan banjir. Kemungkinan untuk ke depan sekolah ini akan direlokasi di tempat yang baru,” kata Mendikdasmen Abdul Mu’ti di Padang seperti dilansir Antara, Jumat, 5 Desember 2025.
Abdul Mu’ti menambahkan, Kementerian siap memberikan bantuan pembangunan unit sekolah baru jika pemerintah provinsi telah menyediakan lahan yang aman. “Kalau sudah ada tanahnya dari pemerintah provinsi, kami akan upayakan untuk dapat bantuan dari kementerian dalam bentuk unit sekolah baru,” ujarnya.
Tidak hanya SMA, sekolah dasar juga mengalami nasib serupa. SDN 08 Bancah di Kabupaten Agam mengalami kerusakan parah. Tembok salah satu ruangan jebol dan tidak bisa digunakan, sementara ruangan lainnya dipenuhi lumpur tebal. Sekolah yang juga dekat dengan aliran sungai itu diterjang kayu-kayu besar saat banjir bandang terjadi.
Kondisi serupa terjadi di SMPN 1 Tanjung Balai, Kabupaten Agam. Aliran air deras dari sungai di belakang sekolah membawa serta batu-batu besar yang memenuhi ruang kelas, termasuk laboratorium.

Batuan memenuhi ruang laboratorium di SMPN 1 Tanjung Balai, Agam, Sumatera Barat, Jumat (5/12/2025). (ANTARA/Asep Firmansyah)
Kepala Sekolah SMPN 1 Tanjung Balai, Mirna Zulfianti, menyatakan mereka membutuhkan bantuan alat berat. “Apabila membersihkan ruangan, itu kami bisa sendiri. Tapi untuk material lumpur dan batu kami membutuhkan alat berat untuk membersihkannya,” kata Mirna.
Selain alat berat, normalisasi sungai di sekitar lokasi sekolah juga menjadi kebutuhan mendesak untuk mencegah terulangnya bencana serupa di masa depan.