Siklon Ditwah yang melanda d Sri Lanka memicu terjadinya banjir. (BBC)
Willy Haryono • 8 December 2025 12:49
Kolombo: Otoritas Sri Lanka kembali mengeluarkan peringatan tanah longsor pada Minggu, 7 Desember, setelah hujan deras terus mengguyur wilayah yang sebelumnya luluh lantak akibat terjangan Siklon Ditwah. Jumlah korban tewas kini bertambah menjadi 627 orang, menurut laporan pemerintah setempat.
Dalam dua pekan terakhir, rangkaian badai tropis dan hujan monsun menghantam Asia Selatan dan Asia Tenggara, memicu banjir besar, tanah longsor, serta kerusakan infrastruktur dari hutan hujan Sumatra hingga perkebunan dataran tinggi Sri Lanka. Sedikitnya 1.826 orang dilaporkan tewas di Sri Lanka, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Lebih dari dua juta orang, atau 10 persen populasi Sri Lanka, terdampak banjir dan longsor yang dipicu Siklon Ditwah—bencana terburuk yang menimpa negara tersebut dalam satu abad terakhir. Pusat Manajemen Bencana (DMC) menyatakan hujan monsun yang terus turun membuat lereng bukit semakin tidak stabil, terutama di wilayah pegunungan tengah dan dataran tengah–barat laut.
Pada Minggu, helikopter dan pesawat dikerahkan untuk menyalurkan bantuan ke sejumlah komunitas yang terisolasi. Angkatan Udara Sri Lanka juga mengkonfirmasi telah menerima bantuan dari Myanmar sebagai bagian dari dukungan internasional.
Dikutip dari The Peninsula, Senin, 8 Desember 2025, pemerintah Sri Lanka mengonfirmasi 627 korban meninggal, termasuk 471 dari kawasan penghasil teh di wilayah tengah. Sebanyak 190 orang masih hilang, sementara lebih dari 80.000 rumah rusak, termasuk hampir 5.000 yang hancur total. Jumlah pengungsi di kamp pemerintah turun dari 225.000 menjadi 90.000 orang, seiring mulai surutnya banjir.